Sukses

Begini Hubungan Antara Stres dan Nafsu Makan

Beberapa orang bisa makan lebih banyak dari biasanya atau mengonsumsi makanan tidak sehat, sedangkan yang lain kehilangan nafsu makan.

Liputan6.com, Jakarta Umumnya, orang yang sedang mengalami stres berdampak pada nafsu makannya. Beberapa orang bisa makan lebih banyak dari biasanya atau mengonsumsi makanan tidak sehat, sedangkan yang lain kehilangan nafsu makan.

Stres juga biasanya memicu anxiety atau kecemasan yang merupakan kondisi kesehatan mental yang mempengaruhi 40 juta orang dewasa di Amerika Serikat setiap tahun. Perubahan nafsu makan adalah salah satu dari gejalanya.

Seperti dilansir dari MedicalNewsToday.com, ketika seseorang mulai merasa stres atau cemas, tubuhnya mulai melepaskan hormon stres. Hormon ini mengaktifkan sistem saraf simpatik dan memicu respons tubuh untuk fight-or-flight (melawan-atau-lari). Respons ini adalah reaksi naluriah tubuh agar terhindar dari ancaman potensial.

"Lonjakan hormon stres yang tiba-tiba ini memiliki beberapa efek fisik. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa salah satu hormon - corticotropin-releasing factor (CRF) - mempengaruhi sistem pencernaan dan dapat menyebabkan penekanan nafsu makan," kata  Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP - geriatri dan psikiater keluarga/praktisi perawat kesehatan mental.

Hormon lain, misalnya kortisol, meningkatkan sekresi asam lambung untuk mempercepat pencernaan makanan sehingga tubuh dapat merespons dengan lebih efisien. Nah, efek dari respons fight-or-flight terhadap sistem pencernaan lainnya yaitu:

- sembelit

- diare

- gangguan pencernaan

- mual

Respons ini dapat menyebabkan gejala fisik tambahan, seperti peningkatan frekuensi pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah. Selain itu juga menyebabkan ketegangan otot, kulit pucat atau memerah, dan gemetaran.

Beberapa gejala fisik ini membuat tidak nyaman sehingga kehilangan nafsu makan. Merasa sembelit, misalnya, membuatnya berpikiran bahwa makan merupakan hal yang sangat tidak menyenangkan.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terlalu Banyak Makan VS Kehilangan Nafsu Makan

Orang yang memiliki kecemasan persisten atau gangguan kecemasan cenderung memiliki kadar hormon CRF jangka panjang dalam sistem mereka. Akibatnya, orang-orang ini besar kemungkinan mengalami kehilangan nafsu makan yang berkepanjangan.

Di sisi lain, orang yang lebih jarang mengalami kecemasan cenderung mencari kenyamanan dari makanan hinga makan terlalu banyak. Namun, reaksi kecemasan dan stres tiap orang berbeda, apakah itu kronis atau jangka pendek.

Bahkan, orang yang sama dapat bereaksi secara berbeda terhadap kecemasan ringan dan kecemasan tinggi. Misalnya ketika stres ringan seseorang akan makan berlebihan. Namun, jika orang itu mengalami kecemasan yang parah maka ia mungkin kehilangan selera makannya. Sedangkan orang lain mungkin merespons sebaliknya.

Pria dan wanita juga dapat bereaksi secara berbeda terhadap kecemasan tergantung apa pilihan makanan mereka dan apa yang mereka konsumsi.

Satu studi menunjukkan, wanita dapat makan kalori lebih banyak saat cemas. Studi ini juga menghubungkan kecemasan yang lebih tinggi dengan indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi pada wanita tetapi tidak pada pria.

Pengobatan dan perawatan

3 dari 3 halaman

Pengobatan dan perawatan

"Seseorang yang mengalami kehilangan nafsu makan karena kecemasan harus mencoba tips berikut untuk mengatasi masalah, karena kehilangan nafsu makan jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan," kata Jayne Leonard, konselor dan psikotrapis.

1. Memahami kecemasan

Menyadari bahwa sumber stres dapat memicu reaksi fisik dan menjauhi sumber stres dapat mengurangi kecemasan sekaligus gejalanya.

2. Mengatasi sumber-sumber kecemasan

Mengidentifikasi dan menangani pemicu kecemasan kadang-kadang dapat membantu orang mendapatkan kembali selera makan mereka. Jika memungkinkan, berusahalah untuk menghilangkan atau mengurangi sumber stres.

Jika kesulitan menghindarinya, lakukan konseling dengan ahli terapi atau ke psikolog.

3. Berlatih manajemen stres

Beberapa teknik dianggap efektif mengurangi atau mengendalikan gejala kecemasan, termasuk kehilangan nafsu makan. Contohnya yaitu:

- latihan pernapasan dalam- praktik citra terpandu- meditasi- perhatian- relaksasi otot progresif

4. Memilih makanan bergizi dan mudah dicerna

Jika seseorang tidak bisa makan banyak, ia harus memastikan bahwa apa yang mereka makan kaya akan nutrisi. Beberapa pilihan makanan yang baik termasuk:

- sup yang mengandung sumber protein dan berbagai sayuran- jus pengganti makanan- smoothie yang mengandung buah-buahan, sayuran berdaun hijau, lemak, dan protein

Ada baiknya juga memilih makanan yang mudah dicerna yang tidak akan mengganggu sistem pencernaan. Contohnya nasi, kentang putih, sayuran kukus, dan protein tanpa lemak.

Orang dengan gejala kecemasan mungkin juga sebaiknya menghindari makanan yang tinggi lemak, garam, atau gula, serta makanan berserat tinggi, yang bisa sulit dicerna. Lalu juga batasi konsumsi minuman yang mengandung kafein dan alkohol, karena keduanya sering menyebabkan masalah pencernaan.

5. Makan secara teratur

Pola makan yang teratur dapat membantu tubuh dan otak mengatur isyarat lapar dengan baik.

Bahkan jika seseorang hanya dapat mengonsumsi sedikit pada setiap waktu makan, akan lebih baik daripada tidak sama sekali. Seiring waktu, jumlahnya akan terus bertambah.

6. Membuat pilihan gaya hidup sehat lainnya

Ketika cemas, seseorang mungkin kesulitan berolahraga atau tidur. Namun, keduanya dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan nafsu makan.

Orang dengan kecemasan harus mendapatkan tidur yang cukup setiap malam dengan mengatur jadwal tidur yang teratur. Selain itu berolahraga hampir setiap hari (bahkan olahraga ringan) dapat membantu mengurangi gejala kecemasan. Jika ini merupakan pertama kalinya Anda berolahraga, Anda dapat memulai dari yang ringan dan meningkatkan durasi dan intensitas kegiatan dari waktu ke waktu.

Kapan Harus Ke Dokter?

Segera periksakan ke dokter jika kehilangan nafsu makan berlanjut selama 2 minggu atau lebih, atau jika kehilangan berat badan dengan cepat. Dokter dapat memeriksa kondisi fisik yang mendasarinya yang mungkin menjadi penyebab gejalanya.

Jika kehilangan nafsu makan murni akibat stres, dokter dapat menyarankan cara untuk mengelola kecemasan, termasuk terapi dan perubahan gaya hidup. Beberapa juga meresepkan obat untuk pemilik kecemasan kronis atau parah.

Penyebab Lain Hilangnya Nafsu Makan

Kecemasan bukan satu-satunya penyebab hilangnya nafsu makan. Kemungkinan penyebab lainnya yaitu:

- Depresi: Seperti halnya kecemasan, perasaan depresi dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan pada beberapa orang tetapi membuat orang lain makan berlebihan.

- Gastroenteritis: Juga dikenal sebagai penyakit perut, gastroenteritis dapat menyebabkan muntah, diare, dan kehilangan nafsu makan.

- Obat: Beberapa obat, termasuk antibiotik dan penghilang rasa sakit tertentu, dapat mengurangi nafsu makan. Mereka juga dapat menyebabkan efek samping diare atau sembelit.

- Olahraga intensif: Beberapa orang, terutama atlet yang membutuhkan ketahanan tubuh (misalnya triathlon), mengalami gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan kram usus setelah periode aktivitas yang intens, yang dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan.

- Kehamilan: Beberapa wanita hamil mungkin kehilangan nafsu makan karena mual di pagi hari atau karena tekanan pada perut.

- Penyakit: Kondisi medis tertentu, seperti diabetes atau kanker, dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan.

- Penuaan: Kehilangan nafsu makan sangat umum pada manula, mungkin karena kehilangan rasa dan bau atau karena penyakit atau penggunaan obat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.