Sukses

Diabetesi Terus Bertambah, Setiap Hari Ada 4 Ribu Pasien Baru

Gaya hidup tak sehat salah satunya sedentari ditambah pola makan kurang sehat membuat penyandang diabetes (diabetesi) terus bertambah.

Liputan6.com, Bandung Jumlah penderita diabetes semakin meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung konsumtif dan minim aktifitas fisik.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Maya Kusumawati, berdasarkan data WHO dalam 24 jam ada 4.110 pasien diabetes baru yang terdiagnosis, 614 pasien diabetes meninggal, 66 pasien diabetes menjadi buta, 122 pasien diabetes harus cuci darah dan 225 pasien diabetes harus diamputasi.

"Angka ini menggambarkan betapa banyak orang-orang di sekitar kita yang menderita diabetes. 422 juta orang penyandang diabetes yang berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5 persen dari penduduk dunia," kata Maya dalam keterangan resmi ditulis Health-Liputan6.com, Rabu (15/1/2020).

Ada dua faktor risiko diabetes yakni yang tidak dapat dicegah yaitu genetik, usia dan jenis kelamin. Ada juga faktor risiko yang dapat diubah diantaranya diet tidak sehat, merokok, stres, konsumsi alkohol, kegemukan dan hidup sedentari.

 

 

Simak Juga Video Berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Diabetes, Ingat 3 J

Terkait gizi bagi diabetesi, dokter spesialis penyakit dalam Iman Pratama menerangkan pengaturan makan yang baik dengan konsep Isi Piringku. 

"Pada dasarnya Isi Piringku ini menitikberatkan pada pola makan yang baik, komposisi berdasarkan urutan terbanyak pada makanan kita adalah sayuran, dialnjutkan dengan nasi, protein dan buah-buahan," sebut Iman.

Iman menerangkan yang penting diperhatikan masyarakat adalah jenis asupan, jumlah asupan dan jadwal konsumsi (3J), terlebih untuk pasien yang sudah terdiagnosa diabetes. Prinsip 3J yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan berat badan memadai yaitu BB yang dirasa nyaman untuk seorang diabetesi, jumlah makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan hasil konseling gizi.

 Jenis makanan yang dikonsumsi, sebut Iman, dapat disesuaikan dengan konsep piring makan model 'T'. Yaitu jadwal makan terdiri dari tiga kali makan utama dan 2-3 kali makanan selingan mengikuti prinsip porsi kecil.

 

3 dari 3 halaman

Jaga Kesehatan Kaki Bagi Diabetesi

Jangan lupa juga bagi diabetesi menjag akesehatan kaki.

"Luka sekecil apapun dapat berisiko besar bagi diabetesi," tambah dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Rachmat Z. Goesasi.

Rachmat menyatakan kerusakan pada kaki biasanya berupa kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Risiko terberat dari luka di bagi diabetesi adalah amputasi.

Oleh karena itu tukas Rachmat, melakukan pencegahan luka menjadi salah satu cara terbaik. Untuk merawat kaki, yang bisa dilakukan diantaranya memeriksa kondisi kaki setiap hari (bisa dilakukan setelah mandi). 

"Gunakan sepatu yang sesuai ukuran dan bentuk kaki, gunakan kaos kaki saat memakai sepatu, periksa bagian dalam sepatu sebelum memakai, lakukan latihan pada kaki, konsultasi ke dokter bila ada kelainan bentuk kaki, luka atau cedera," jelas Rachmat.

Terakhir, aspek kejiwaan pada diabetesi juga harus diperhatikan. Dibutuhkan manajemen diri yang baik agar diabetesi dapat tetap hidup sehat dengan diabetes.

Manajemen diri menurut dokter spesialsis kedokteran jiwa Veranita Pandia, sebaiknya diabetesi melakukan manajemen diri untuk berperilaku sehat dalam mengatasi penyakit secara efektif. Beberapa hal yang harus dibiasakan adalah pola makan yang baik, aktivitas fisik, monitoring setiap perilaku, dan pengobatan teratur.

"Di tengah perjalanan pengobatan diabetes, diabetesi mungkin mengalami stres. Stres dimulai dari efikasi diri yang rendah sehingga menilai satu peristiwa atau kejadian hidup lebih mengancam. Perasaan stres dapat meningkatkan hormon stres dan mengakibatkan gula darah naik," sebut Veranita.

 Untuk mengatasinya lanjut Veranita, diabetesi perlu harus senantiasa menguatkan dirinya untuk menghadapi penyakitnya, selain itu keluarga dan teman, hubungan apsien dan penyedia layanan seperti puskesmas, rumah sakit, konselor dan lainnya sangat berpengaruh.

Selain memerhatikan kesehatan jasmani, penting untuk menjaga kesehatan rohani atau jiwa yaitu dengan manajemen stress, meningkatkan kemampuan ‘coping behavior‘ (kemampuan melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan masalah), serta memperbaiki hubungan interpersonal dan dukungan sosial. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.