Sukses

Krim Wajah Abal-Abal Sebabkan Wanita di AS Nyaris Koma

Wanita ini mengalami nyaris koma usai menggunakan krim wajah yang dibelinya lewat jalur tidak resmi

Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita di California, Amerika Serikat, harus dirawat dalam kondisi semikoma usai dilaporkan menggunakan krim wajah. Produk tersebut ternyata tercemar merkuri.

Kejadian tersebut terjadi pada pertengahan September lalu. Departemen Pelayanan Kesehatan Wilayah Sacramento menyatakan bahwa wanita 47 tahun ini menggunakan krim wajah merek terkenal, yang dibelinya lewat pihak ketiga yang mengimpor dari Meksiko.

"Ini adalah kasus keracunan metil merkuri yang dilaporkan pertama kali dari jenis ini, terkait dengan krim kulit di Amerika Serikat," kata departemen kesehatan setempat, seperti dikutip dari People pada Senin (31/12/2019).

Pihak perusahaan krim tersebut membantah bahwa produk yang mereka jual tercemar merkuri.

"Kami menangani masalah ini dengan sangat serius dan bekerja sama dengan semua pengecer resmi untuk memastikan produk tetap ututh dan aman untuk digunakan dari pengiriman ke penyimpanan," tulis perusahaan tersebut.

 

 

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bahaya Metil Merkuri

Pihak perusahaan kosmetik itu juga menyatakan pihaknya akan bekerja sama dengan petugas berwenang untuk menyelidiki masalah ini, serta meminta konsumen lebih sadar bahayanya penjualan dan kerusakan produk yang tidak resmi.

Olivia Kasirye dari departemen kesehatan Sacramento meminta agar warga setempat berhenti menggunakan krim kulit serupa yang diimpor dari Meksiko karena risikonya.

"Metil merkuri sangat berbahaya bagi orang dewasa dan anak-anak," ujarnya.

Dikutip dari USA Today, World Health Organization menyatakan bahwa saat metil merkuri dimasukkan dalam produk perawatan kulit, zat tersebut bisa menghentikan produksi melanin dan membuat warna kulit menjadi lebih terang. Namun, mereka bisa menyebabkan ruam, jaringan parut, dan perubahan warna.

Selain itu, National Institutes of Health di AS menyatakan bahwa zat tersebut bisa menyebabkan kebutaan, tuli, dan kerusakan sistem saraf pusat. Keracunan parah tidak bisa disembuhkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.