Sukses

Angka Kelahiran di Jepang Merosot pada 2019

Jepang terancam mengalami krisis angka kelahiran bayi di masa depan

Liputan6.com, Jakarta Jepang mengalami penurunan angka kelahiran bayi hingga sekitar 5,9 persen tahun ini. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Sosial setempat mencatat, jumlahnya bahkan kurang dari 900 ribu.

Penurunan dengan cepat tetap terjadi meski pemerintah Jepang telah melakukan langkah darurat untuk menghentikan tren ini. Para ahli memperingatkan hal ini bisa mengancam perekonomian negara.

"Sebagian besar generasi kedua baby boomer, yang merupakan kelompok besar, telah melewati usia reproduksi mereka dan sekarang hanya sebagian kecil dari populasi Jepang yang menjadi orangtua," kata Ryuichi Kaneko, seorang profesor dari Meiji University seperti dikutip dari The Asahi Shimbun pada Sabtu (28/12/2019).

Kaneko, yang juga mantan Wakil Direktur Jenderal National Institute of Population and Social Security Research (IPSS) mengatakan, jumlah penurunan orangtua yang bereproduksi bahkan lebih sedikit dari anak-anak.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kondisi Perekonomian yang Mempengaruhi

Kaneko mengungkapkan bahwa penyebab utamanya adalah perekonomian. Menurutnya, banyak orang usia subur terpengaruh hal ini.

Saat ini, mereka yang berada di pertengahan 30 hingga 40-an kesulitan mendapatkan pekerjaan penuh waktu. Sehingga, banyak masyarakat yang menerima kerja paruh waktu atau non-kontrak dengan gaji yang rendah serta keamanan pekerjaan yang tidak terjamin.

Kondisi sosial ini membuat mereka harus menunda hal seperti pernikahan atau memulai keluarga, demi mendapatkan pekerjaan yang lebih stabil atau menemukan pasangan potensial dengan dasar keuangan yang kuat.

3 dari 3 halaman

Penurunan Angka Kelahiran Bayi

Dikutip dari Japan Times, Kemenkes Jepang percaya bahwa tren saat ini akan berlanjut. Melihat hal ini, pemerintah Jepang berharap agar angka kelahiran bisa meningkat hingga 1,8 persen. Harapan ini cukup tinggi mengingat di tahun 2018 angkanya hanya 1,42 persen.

Survei IPSS di tahun 2015 menemukan beberapa alasan tidak banyak lagi anak muda di Jepang yang ingin menikah, serta ingin punya anak lebih sedikit.

Temuan menunjukkan, sebagian besar pria dan wanita memang ingin menikah. Namun, lebih dari 40 persen responden menyatakan kekurangan secara finansial merupakan hambatan terbesar untuk menikah.

IPSS di 2017 juga memperkirakan, jumlah bayi yang lahir di Jepang, termasuk mereka yang bukan warga negara, akan mencapai 921 ribu di 2019, 902 ribu di 2020, dan 886 ribu di 2021.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.