Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Derita Katrin Alami Vaginismus, Seks Terasa Seperti Ditusuk-tusuk

Vaginismus menyebabkan Katrin terasa sakit layaknya ditusuk-tusuk setiap kali berhubungan seks.

Liputan6.com, Toronto Katrin Maslenkova (27) harus berjuang melawan vaginismus, yang membuat hubungan seks begitu menyakitkan. Ia merasa seperti ditusuk-tusuk setiap kali berhubungan seks.

Vaginismus, kondisi yang memengaruhi 1 dari 500 wanita, ditandai otot-otot vagina mengencang tanpa sadar. Artinya setiap aktivitas yang melibatkan penetrasi, rasa menyakitkan akan dialami.

Ketika penetrasi, Katrin yang tinggal di Toronto, Kanada, merasa dinding rahimnya 'ditabrak' dengan keras. Sejak saat itu, ia tidak nyaman dengan seks penetrasi.

"Aku mulai membenci saat mengarah pada sentuhan intim (seks penetrasi). Jadi, aku menghindarinya. Bukan hanya seks penetrasi, tatkala kumasukkan tampon, itu juga menyakitkan. Banyak tampon yang sempurna justru berakhir di tempat sampah," cerita Katrin baru-baru ini dilansir dari Metro, Rabu (11/12/2019).

Pada Januari 2010, Katrin berkonsultasi dengan dokter. Ia menyampaikan, mungkin terlalu muda untuk berhubungan seks. Tetapi setelah meneliti gejala sendiri, Katrin mengetahui soal vaginismus. 

"Setelah cukup lama menunggu, dokter kandungan melakukan pemeriksaan panggul. Pada waktu itu, diagnosis vaginismus juga tidak disebutkan. Aku juga menjalani USG vagina. Pemeriksaan ini mengalami paling banyak rasa sakit," ujar Katrin.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Meregangkan Otot-otot Vagina

Awalnya, ada yang memberi tahu bahwa dia tidak apa-apa. 

"Aku hanya diberi tahu, jangan khawatir. Rasa menyakitkan akan menjadi lebih baik (hilang) setelah melahirkan anak nanti," Katrin menerangkan. 

Merasa ragu dengan penjelasan tersebut, Katrin mencari bantuan terapis, yang memastikan ia menderita vaginismus. Akhirnya, ia didiagnosis vaginismus oleh terapi.

Ia dianjurkan mencoba terapi dilatasi. Alat dilator digunakan meregangkan otot-otot vagina sehingga membantu kurangi nyeri saat penetrasi.

Katrin belajar bagaimana menggunakan alat dilator untuk mendorong otot-otot rileks sambil memperkuat dasar panggulnya.

3 dari 3 halaman

Seks Tanpa Rasa Sakit

Pada tahun 2016, Katrin akhirnya melakukan hubungan seks bebas penetrasi tanpa rasa sakit. Kini, ia memiliki 'kehidupan seks yang memuaskan' dengan pasangan hidupnya, Dimitri. 

Selepas terbebas dari vaginismus, ia berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang akuntan. Katrin fokus membantu wanita lain yang punya kondisi serupa dengan dirinya. 

Perjuangannya menghadapi vaginismus, ia tuliskan dalam buku berjudul Breaking The Cycle Of Pain: Vaginismus.

"Buku ini menjadi perjalanan hidup bagiku. Dan untuk Dimitri, yang telah mendukungku melalui rancangan materi dan membantu menerbitkannya ke dunia ini," ujar Katrin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.