Sukses

Cek Fakta Kesehatan: Depresi dan Kecemasan Bisa Menular?

Beberapa orang percaya, depresi dapat menular, seperti menyebarnya virus flu dari satu orang ke orang lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan mental seperti depresi dan kecemasan bisa dialami siapa saja. Bila tak segera ditangani, depresi bisa menurunkan kualitas hidup bahkan bisa berujung petaka.

Beberapa orang percaya, depresi dapat menular, seperti menyebarnya virus flu dari satu orang ke orang lainnya. Berinteraksi dengan individu yang tengah depresi, mengalami gangguan kecemasan, anoreksia, hingga skizoprenia dipercaya bisa membuat seseorang juga merasakan hal yang sama. Benarkah demikian? 

Tim Cek Fakta Kesehatan kali ini akan mencoba menelusuri kebenarannya.

Jawaban untuk pertanyaan, apakah penyakit mental bisa menular cenderung rumit. Menurut para ahli, gangguan mental tidak menular seperti menularnya virus flu. Artinya, Anda tidak akan menjadi depresi hanya karena berinteraksi dengan teman atau saudara yang tengah mengalami kondisi tersebut. Namun, menurut laman Psychology Today, "kekebalan" atau imunitas Anda dari depresi dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari gen hingga sejarah dan tingkat stres Anda.

Gangguan mental tak menular, tetapi emosi dan kebiasaan bisa menyebar dari satu orang ke orang lainnya.

"Emosi bisa menular karena kita adalah makhluk sosial yang merespons lingkungan," ujar psikolog klinis dan forensik Judy Ho, PhD yang berbasis di Kalifornia Selatan.

"Penularan emosi atau perasaan adalah ungkapan emosi yang serupa dengan orang-orang di sekelilling Anda karena perasaan mereka seolah mengisyaratkan Anda untuk percaya bahwa Anda harus memiliki reaksi emosi yang sama. Kita merespons dengan cara melihat orang lain, dan penularan emosional merupakan bentuk ekstrem akan hal itu," Ho menjelaskan, melansir laman Health.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Merasakan emosi yang sama belum tentu memiliki penyakit mental yang sama

Jadi, bila teman Anda mengalami gangguan cemas dan fungsi dalam kondisi stres yang konstan, Anda pun bsa jadi mulai merasakan emosi yang serupa. Begitu pula ketika ada anggota keluarga yang mengalami depresi dan Anda mulai menyadari adanya perubahan mood pada diri sendiri usai berkunjung atau berinteraksi dengan mereka.

Meski begitu, merasakan emosi yang sama dengan orang-orang di sekitar Anda yang tengah mengalami gangguan mental tak berarti Anda kemudian tertular gangguan tersebut. Ini karena penyakit mental tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang lainnya seperti flu.

"Disfungsi mental atau psikologis bukan disebabkan oleh agen penularan, dan karenanya seseorang tidak bisa 'tertular' dari orang yang sakit," Gail Saltz, MD asosiat profesor bidang psikiatri di New York-Presbytarian/Weill Cornell School of Medicine menjelaskan.

Penyakit mental lebih rumit dari penularan virus flu atau merasa stres karena sahabat Anda tengah mengalami gangguan kecemasan.

"Penyakit mental disebabkan oleh deretan faktor genetik atau biologis dan lingkungan," jelas Ho.

"Menurut temuan, sebagiannya disebabkan dari keturunan, karena penyakit mental cenderung ditemukan pada invidu dengan keluarga yang memiliki masalah serupa. Faktor lingkungan seperti trauma, penyiksaan semasa kecil, atau bahkan paparan terhadap kondisi negatif atau beracun sebelum kelahiran juga bisa dikaitkan dengan penyakit mental."

3 dari 3 halaman

Teliti sejarah keluarga

Jadi, bila Anda merasa khawatir mengembangkan penyakit mental tertentu, sebaiknya teliti kembali sejarah kesehatan keluarga Anda. Karena interaksi sosial tidak akan menyebabkan Anda tertular penyakit mental.

"Ide bahwa interaksi sosial bisa meningkatkan risiko didiagnosis dengan penyakit mental kemungkinan besar berasal dari fakta bahwa emosi bisa disebarkan dengan mudah dari satu orang ke orang lainnya," ujar Ho.

"Namun, emosi hanyalah sementara dan tidak mewakili penyakit mental signifikan yang memerlukan pengobatan," lanjutnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.