Sukses

Idap Gangguan Bipolar, Penyanyi Bebe Rexha Tak Malu Mengungkapkannya

Bebe Rexha mengungkapkan alasan dirinya jujur ke publik mengenai kondisinya yang terkena gangguan bipolar.

Liputan6.com, Jakarta Penyanyi RnB, Bebe Rexha, beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa dirinya memiliki gangguan bipolar (bipolar disorder). Lewat media sosial Twitter pada 16 April lalu, Bebe jujur mengungkapkan hal itu. 

"Aku bipolar dan aku tidak malu lagi. Itu saja," tulis Bebe.

Wanita 30 tahun ini juga mengungkapkan dengan diagnosis yang ada dia jadi tahu alasan beberapa waktu lalu sempat tidak bersemangat jalani hidup. 

"Saya merasa tidak bersemangat yang membuat saya tidak ingin meninggalkan rumah atau berada di sekitar orang-orang dan bagaimana saya merasa kesal yang tidak membuatku tidur, tidak membiarkan saya berhenti bekerja atau menciptakan musik."

Cuitan yang diunggahnya itu menerima banyak umpan positif dari penggemar. Terbukti dengan 31.000 likes yang diterima dalam kurun waktu 24 jam dan didukung pula dengan ribuan komentar.

Gangguan kejiwaan yang dialaminya itu membuatnya sulit bekerja, namun pada akhirnya Bebe Rexha berhasil meluncurkan albumnya yang ia tulis pula pada laman Twitter.

"Album berikutnya ini akan menjadi album favorit karena saya tidak menahan apa pun. Saya sangat menyayangi kalian. Dan, saya harap kalian menerima saya apa adanya. ” cuitnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tentang Gangguan Bipolar

 

Seperti yang dilansir pada laman Health, National Institute of Mental Health memperkirakan 4 persen orang dewasa akan mengalami penyakit kejiwaan ini di beberapa titik dalam hidup mereka. Gangguan ini ditandai oleh perubahan tingkat suasana hati, energi, dan aktivitas yang tidak biasa, serta ketidakmampuan untuk melakukan tugas sehari-hari.

Gangguan bipolar adalah salah satu jenis gangguan kejiwaan. Istilah bipolar sendiri mengacu pada adanya dua kutub yang melanda mood pasien bipolar secara bergantian, yaitu kutub manik dan kutub depresi.

Dikutip melalui Web MD, gangguan bipolar ini sangat serius dan dapat menyebabkan perilaku yang berisiko, bahkan menimbulkan kecenderungan bunuh diri. Gangguan ini dapat diobati dengan terapi dan obat-obatan.

Beberapa gejala utama yang timbul pada orang yang mengidap gejala bipolar adalah perubahan suasana hati yang dramatis dan tidak terduga. Gangguan ini juga memiliki skala ringan hingga berat.

 

 

3 dari 3 halaman

Tipe Gangguan Bipolar:

 

Gangguan Bipolar I

Tipe ini melibatkan periode suasana hati yang parah dari manik hingga depresi. Orang yang mengalami gangguan ini suasana hatinya dapat meningkat sehingga dapat memanifestasikan dirinya seperti “euforia”. 

Perilaku selama gangguan bipolar I ini meliputi:

·         Energi yang meningkat, hiperaktif namun kebutuhan tidur yang menurun

·         Kepercayaan diri meningkat

·         Pengeluaran berlebihan  (boros)

·         Hiperseksualitas

·         Penyalahgunaan zat

Orang-orang dalam hal ini bisa menghabiskan uang jauh di luar kemampuan mereka, berhubungan seks dengan orang-orang yang tidak mereka inginkan, atau mengejar rencana yang berlebihan dan tidak realistis. Dalam kasus yang lebih parah, seseorang bisa kehilangan kontak dengan kenyataan (sulit membedakan yang nyata dan tidak), menjadi delusi dan berperilaku aneh.

Gangguan Bipolar II

Bipolar II mirip dengan gangguan bipolar I dengan suasana hati yang berputar antara senang dan sedih dari waktu ke waktu.

Orang berusia remaja atau awal 20-an kebanyakan mengalami gejala gangguan bipolar di usia ini. Orang yang memiliki biopolar dengan anggota keluarga terdekat mempunyai risiko lebih tinggi terkena gangguan ini.

Orang-orang yang mengalami ini biasanya menjadi orang yang menyenangkan di lingkungannya. Orang ini sering terlihat seperti "antusias" -- membuat lelucon, sangat tertarik pada orang lain dan kegiatan, dan menulari orang lain dengan suasana hati yang positif.

Gangguan Cyclothymic

Gangguan ini diketahui dari gambaran singkat gejala hipomanik yang bergantian dengan waktu singkat dari gejala depresi yang  tertahan. "Campur aduk" mengacu pada terjadinya gejala simultan dari polaritas suasana hati yang berlawanan antara manik, hipomanik, atau depresi. Hal itu ditandai dari energi yang tinggi, sulit tidur, dan pikiran yang membalap.

Pada saat yang bersamaan, penderita ini mungkin merasa putus asa, mudah tersinggung, dan ingin bunuh diri.

 

Penulis: Lorenza Ferary

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini