Sukses

Cara agar Warga yang Tinggal di Lokasi Tambang Emas Tak Terpapar Merkuri

Solusi agar warga yang tinggal di lokasi tambang emas tak lagi terpapar merkuri.

Liputan6.com, Jakarta Merkuri biasa digunakan dalam proses pemurnian emas. Zat kimia tersebut berfugsi memisahkan emas dari lapisan tanah. Namun, paparan merkuri dalam jangka panjang akan berisiko bagi kesehatan. Ada beberap solusi jitu menekan paparan merkuri pada warga yang tinggal di sekitar lokasi tambang emas. 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyampaikan solusi permasalahan merkuri.

"Melalui peningkatan pengetahuan masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan alih profesi para pekerja tambang (emas) dengan usaha lain yang ramah lingkungan," seru Doni melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Minggu (1/12/2019).

Contohnya, seperti yang dilakukan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) di Banyumas, Jawa Tengah. Dari penambang emas ilegal, mereka menjadi petani. Upaya ini menekan paparan merkuri yang bisa menyebar lewat udara, air, tanah, dan makanan.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bahaya Paparan Merkuri

Solusi yang dikemukakan BNPB agar warga terhindar dari paparan merkuri mengacu pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. Isi undang-undang tersebut BNPB memiliki kewenangan sebagai pengawasan terhadap pelaksana tata ruang dan pengelolaan lingkungan serta pencegahan kerusakan lingkungan.

BNPB dapat bertindak sebagai koordinator dan pemerintah daerah sebagai eksekutor. Kolaborasi tersebut bisa dimaksimalkan untuk menanggulangi kerusakan lingkungan.

Kendati demikian, masalah lingkungan adalah tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia  Selain itu, perlu diperhatikan bahaya paparan merkuri.

Menurut Sub bidang Pengamanan Limbah dan Radiasi Direktorat Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Iwan Nefawan, dampak kronis merkuri bagi kesehatan manusia mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat, ginjal, paru-paru, hati, kerusakan gastrointestinal (sistem pencernaan).

"Merkuri juga meningkatkan angka kematian. Adapun dampak akut pajanan pada bayi mengakibatkan cacat mental, kebutaan, cerebral palsy (gangguan gerakan otot), gangguan pertumbuhan hingga kerusakan otak," jelasnya saat konferensi pers di Gedung Serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB, Jakarta, Jumat (29/11/2019.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.