Sukses

Belgia Laporkan Kematian Pertama Terkait Penggunaan Rokok Elektrik

Untuk pertama kali, kasus kematian terkait penggunaan rokok elektrik dilaporkan di Belgia

Liputan6.com, Jakarta Kematian akibat penyakit paru terkait aktivitas mengisap rokok elektrik dilaporkan terjadi di Belgia untuk pertama kalinya. Korban kali ini adalah seorang remaja 18 tahun.

Remaja itu, Raphaël Pauwaert diketahui mendapat rokok elektrik sebagai hadiah ulang tahun. Namun, sang ayah Thierry (45), mengatakan bahwa ia meninggal kurang dari sebulan setelah didiagnosis pneumonia yang terkait vape.

"Saya berharap kematian putra saya dapat membantu mencegah korban lain dari rokok elektronik," kata Thierry seperti dikutip dari Telegraph pada Selasa (19/11/2019).

Thierry mengatakan bahwa putranya yang memiliki hobi bermain rugby itu sempat dirawat selama 26 hari dalam keadaan koma. Sebelum dilarikan ke rumah sakit, ia sempat mengalami batuk, sesak napas, dan masalah pernapasan parah.

Pada 6 November lalu, dokter memutuskan mematikan ventilator yang menyokong pernapasan remaja itu selama 26 hari karena paru-parunya sudah mengeras.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penggunaan CBD Sebagai Cairan Rokok Elektrik

Thierry mengatakan bahwa para dokter mencoba mencari tahu apa yang merenggut nyawa putranya.

"Para dokter memeriksa semua kemungkinan penyebabnya. Satu-satunya hipotesis yang tersisa adalah rokok elektrik atau isinya," kata Thierry pada surat kabar Het Nieuwsblad.

"Kami menduga bahwa aktivitas mengisap rokok elektrik bertanggung jawab atas kerusakan paru-paru dan kematian Raphael," kata dokter Luc-Marie Jacquet dari Saint-Luc University Hospital di Brussels.

Terungkap juga bahwa dalam rokok elektrik yang diberikan oleh teman Raphaël itu, terkandung cairan cannabidiol atau CBD yang biasa terdapat dalam ganja.

Kasus ini membuat Menteri Kesehatan Belgia, Maggie De Block angkat bicara. Dikutip dari Straits Times, dia mengatakan bahwa dilakukan penyelidikan untuk mencari penyebab kematian dengan pasti. Selain itu, dia menggarisbawahi bahwa aturan rokok elektrik di negara itu sangatlah ketat.

"Hubungan dengan rokok elektronik masih dibangun. Tidak ada penjelasan lain untuk pnumonia parah pada pasien ini," kata De Block ketika ditanyai oleh parlemen Belgia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.