Sukses

Rokok Elektrik Bikin Organ Rusak Parah, Remaja di AS Jalani Transplantasi Paru Ganda

Remaja ini mengalami kerusakan organ parah karena rokok elektrik sehingga membutuhkan transplantasi paru.

Liputan6.com, Jakarta Seorang remaja asal Michigan, Amerika Serikat mengalami kerusakan paru parah akibat kebiasaan mengisap rokok elektrik. Dokter pun untuk pertama kalinya melakukan transplantasi paru ganda pada pasien tersebut.

Dokter Hassan Nemeh, yang melakukan prosedur tersebut, mengatakan bahwa dia belum pernah melihat kerusakan separah itu selama dirinya mengerjakan proses transplantasi paru lebih dari 20 tahun.

"Ini adalah kondisi yang pernah saya hadapi sebelumnya," kata dokter bedah rumah sakit Henry Ford System, Detroit, Michigan, AS itu seperti dikutip dari New York Post pada Kamis (14/11/2019).

Nemeh mengatakan, apabila tidak segera dilakukan tindakan, remaja 17 tahun ini bisa meninggal dalam hitungan hari. Nemeh dan timnya pun segera melakukan operasi yang berlangsung selama enam jam pada 15 Oktober lalu.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dua Ribu Pasien Dirawat

Dilaporkan, remaja yang merupakan mantan atlet sekolah ini sempat dirawat pada awal September karena penyakit mirip pneumonia. Namun, kondisinya yang semakin memburuk membuatnya dipindahkan ke rumah sakit di Michigan dan mendapatkan peralatan bantuan hidup.

Nemeh mengungkapkan bahwa usia harapan hidup rata-rata bagi pasien transplantasi semacam ini biasanya bisa mencapai tujuh tahun. Namun, dia berharap pasien ini memiliki kekuatan untuk bertahan lebih lama.

Dilaporkan USA Today sebelumnya, setidaknya sudah ada sekitar 39 orang meninggal dan dua ribu pasien harus dirawat, karena kasus penyakit paru terkait rokok elektrik ini.

Semua pasien EVALI melaporkan riwayat penggunaan produk semacam itu. Banyak dari mereka yang mengungkapkan pemakaian produk vape yang mengandung tetrahydrocannabinol atau THC, bahan kimia yang juga ditemukan dalam ganja.

Center for Disease Control and Prevention sendiri belum menentukan satu senyawa atau bahan yang menyebabkan penyakit tersebut. Namun, kecurigaan mengarah pada vitamin E asetat, zat tambahan dalam beberapa produk THC yang dianggap terkait dengan EVALI.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.