Sukses

Alami Kondisi Langka, Remaja Ini Tidur Selama 2 Bulan

Remaja wanita 17 tahun ini mengalami sindrom Sleeping Beauty yang membuatnya bisa tidur hingga puluhan bahkan ratusan jam.

Liputan6.com, Jakarta Sharik Tovar, seorang gadis berusia 17 tahun di Kolombia bisa tidur selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Saat terbangun usai tidur panjang dia akan kehilangan ingatan untuk sementara termasuk ibunya sendiri.

Hal yang dialami gadis ini adalah salah satu dari sedikit orang dengan kondisi langka yang disebut sindrom Kleine-Levin, atau yang lebih dikenal dengan sindrom Sleeping Beauty. Berbeda dengan cerita fiksi, orang dengan sindrom ini bisa bangun sejenak selama periode tidurnya.

"Tovar pertama kali mengalami kondisi ini ketika berusia dua tahun. Episode tidur terpanjangnya berlangsung selama dua bulan," ucap sang ibu seperti dikutip Live Science, ditulis Sabtu (2/11/2019).

Selama Tovar tidur, beberapa jam sekali sang ibu menyuapi makanan yang sudah dicairkan agar ia bisa tetap mendapatkan nutrisi yang cukup.

Menurut National Organization for Rare Disorders (NORD), AS, terkadang orang dengan sindrom ini juga terbangun dengan sendirinya untuk makan atau pergi ke kamar mandi. Para ilmuwan memperkirakan, sindrom ini dimiliki oleh 1 hingga 5 orang dari sejuta populasi.

Secara historis, lebih dari 500 kasus telah dilaporkan dalam literatur medis. Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), AS, sekitar 70 persen kasus sindrom Kleine-Levin ini terjadi pada remaja laki-laki.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bingung dan Kehilangan Arah

Ketika bangun, orang dengan sindrom Sleeping Beauty mungkin merasa bingung dan kehilangan arah. Ada juga yang menunjukkan kekurangan energi, emosi berlebihan, tidak fokus, serta merasa suara dan cahaya terasa begitu asing baginya.

Menurut Kleine-Levin Syndrome Foundation, AS, orang dengan sindrom ini mengalami halusinasi atau menunjukkan dorongan seks yang tidak biasa.

Para ilmuwan berhipotesis bahwa kondisi ini dapat berasal dari disfungsi di area otak yang disebut dengan hipotalamus. Ini adalah bagian otak yang bekerja untuk mengatur fungsi tubuh dasar seperti tubuh dan nafsu makan.

Biasanya, kelompok sel dalam hipotalamus membantu manusia untuk tetap terjaga dengan mengirimkan sinyal kimiawi ke korteks otak. Sel lain di hipotalamus juga mengirimkan manusia ke alam mimpi dengan mematikan aktivitas di area otak yang sama.

Hipotalamus bertindak seperti sakelar lampu, membalik otak manusia dari bangun ke tidur, dan sebaliknya. Karena sindrom sleeping beauty ini, sakelar ini tampaknya tidak berfungsi.

Menurut NORD, dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit ini muncul lebih dari sekali dalam satu keluarga. Artinya, susunan genetik berperan dalam kondisi ini.

Dengan sindrom ini, orang mungkin akan mengalami episode tidur yang lama berulang kali selama sekitar delapan hingga 12 tahun. Selama waktu ini, dokter mungkin akan meresepkan stimulan, seperti amfetamin untuk mengatasi kantuk berulang.

Penulis: Diviya Agatha

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.