Sukses

Protein Hewani Baik untuk Anak, Tapi Bukan Berarti Harus Daging Sirloin

Menurut dokter anak spesialis nutrisi dan penyakit metabokik pada anak, Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), salah satu asupan yang penting pada periode pertumbuhan anak adalah protein hewani.

Liputan6.com, Jakarta Pemenuhan gizi di awal kehidupan seorang anak merupakan masa paling krusial yang berlangsung sangat pendek dan tidak dapat terulang kembali. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua memerhatikan asupan yang sehat juga seimbang karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan otak anak sehingga optimal di masa depan.

Dokter anak spesialis nutrisi dan penyakit metabolik pada anak, Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) mengatakan bahwa salah satu asupan yang penting pada periode ini adalah protein hewani.

"Asam amino yang berasal dari protein hewani lebih lengkap untuk pertumbuhan tulang dan kecerdasan anak," kata Damayanti dalam diskusi bertema Pentingnya Protein Hewani pada Periode Emas Anak di Keong Emas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur pada Kamis, 24 Oktober 2019.

Damayanti pun menyayangkan sikap para orangtua yang selalu menganggap bahwa protein hewani adalah barang mahal. Mahal, lanjut Damayanti, karena yang ada di pikiran mereka selalu daging sirloin dengan kualitas jempolan.

Padahal, ada sumber protein hewani yang gampang didapat dengan harga murah, yaitu telur.

"Mikirnya jangan daging terus. Yang harus dipikirin itu telur. Telur itu, kualitas asam aminonya setara dengan susu," kata Damayanti.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sumber protein

Menurut dia, sumber protein urutan pertama dengan kandungan asam amino yang gampang diserap adalah susu. Setelah itu telur, yang diikuti dengan ikan, ayam, baru daging.

Pada kesempatan itu, Damayanti pun menceritakan pengalamannya sewaktu mendata kesehatan para bayi yang ada di Padeglang. Di sana, yang mereka punya hanya ikan nila dan ikan mas. Damayanti kemudian mengimbau agar ikan-ikan tersebut mereka olah menjadi pepes dan berikan ke bayi masing-masing.

"Sempat ada yang tanya memangnya boleh? Boleh," kata Damayanti.

"Kalau dibaca dengan benar, yang namanya makanan itu adalah makanan keluarga. Bukan makanan yang dibikin-bikin sendiri, yang rasanya Allahuwa'alam. Yang anaknya pun amit-amit mau memakannya," Damayanti menambahkan.

Lebih lanjut, orangtua diimbau juga untuk tidak takut memberikan garam dan gula ke setiap masakan yang akan disajikan buat anak. Bila takarannya pas, garam dan gula itu akan membuat makanan terasa nikmat di mulut anak tanpa risiko memperburuk kesehatan si Kecil.

"Perlu diingat, asupan protein pun perlu didukunt asupan bergizi lainnya. Selain protein, anak juga membutuhkan energi, karbohidrat, lemak, dan nutrisi mikro lainnya seperti vitamin dan mineral," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.