Sukses

Virus dari Gigitan Nyamuk, Pria Michigan Mati Otak 9 Hari Kemudian

Gigitan nyamuk yang menularkan virus mengakibatkan pria Michigan mati otak sembilan hari kemudian.

Liputan6.com, Michigan Hanya dalam waktu sembilan hari, seorang pria terkena virus yang ditularkan nyamuk mengembuskan napas. Gregg McChesney (64) awalnya sehat, lantas mendadak mati otak.

Ia menderita kejang. Akhirnya, nyawanya tak terselamatkan. Gregg meninggal dua minggu setelah tertular virus Eastern equine enchephalitis dari nyamuk.

Sang kakak, Mark McChesney asal Michigan, Amerika Serikat pun sangat terkejut melihat kondisi adiknya.

"Dalam hitungan sembilan hari, dia berubah drastis, dari sangat sehat menjadi mati otak," ujar Mark, dikutip dari The Sun, Jumat (19/9/2019). "Tiba-tiba dia mengalami kejang dan tahu-tahu masuk UGD. Dan dia tidak pernah keluar dari sana (meninggal dunia)."

Mark menyampaikan, pihak keluarga bingung atas kematian Gregg karena virus dari nyamuk yang mengejutkan. Mereka mempertanyakan secara rinci bagaimana hal itu bisa terjadi.

"Kami tidak tahu dan dokter hanya melakukan segala upaya yang bisa dilakukan. Tapi mereka tidak bisa mengetahuinya juga," lanjut Mark.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bekerja di Lahan Pertanian

Mark menceritakan, ia bekerja bersama Gregg di lahan pertanian kurang dari sebulan lalu, sebelum kematian Gregg pada 19 Agustus 2019. Di mata Mark, Gregg sebagai seorang pria yang mencintai kehidupan.

Gregg tak segan-segan menakuti beruang ketika keduanya sedang backpacking. Michigan Department of Health and Human Services pun mengkonfirmasi, ada tujuh kasus Eastern equine enchephalitis di Michigan Barat Daya. Dari tujuh kasus tersebut, tiga kasus di antaranya sebabkan kematian.

Virus Eastern equine enchephalitis yang dikenal sebagai triple E (EEEV) atau penyakit tidur adalah penyebab yang langka dari infeksi otak. Kondisi ini menyebar ke manusia dari nyamuk yang terinfeksi virus EEEV.

Meskipun rata-rata ada tujuh kasus virus EEEV yang dilaporkan di Amerika Serikat setiap tahun, akibat fatal meningkat sekitar 30 persen seiring waktu, menurut Centers for Disease Control and Prevention.

3 dari 4 halaman

Risiko Terkena Virus EEEV

CDC juga menulis, orang yang berusia di atas 50 tahun dan di bawah 15 tahun tampaknya punya risiko terbesar kena penyakit parah ketika terinfeksi EEEV.

“Infeksi EEEV dapat menyebabkan sistemik atau ensefalitis (melibatkan pembengkakan otak, disebut di bawah ini sebagai EEE)," tulis CDC.

"Jenis penyakit tergantung pada usia orang tersebut dan faktor-faktor inang lainnya."

4 dari 4 halaman

Gejala Tertular Virus

Orang yang tertular virus biasanya mulai merasakan gejala sekitar empat hingga 10 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi virus EEEV, menurut CDC. Gejala berupa demam, sakit kepala, kedinginan, diare, dan mudah marah.

“Kematian biasanya terjadi dua hingga 10 hari setelah timbulnya gejala, tetapi dapat terjadi jauh kemudian. Di antara pasien yang pulih, banyak yang mengalami cacat mental dan fisik sehingga melumpuhkan," tambah CDC.

"Mereka alami disfungsi otak minimal hingga gangguan intelektual yang parah, gangguan kepribadian, kejang, kelumpuhan, dan disfungsi saraf kranial. Banyak pasien dengan gejala sisa yang parah meninggal dalam beberapa tahun."

Direktur dan pejabat kesehatan Joneigh Khaldun dari Departemen Kesehatan Detroit ikut menyampaikan. Bahwa Michigan saat ini mengalami wabah Eastern Equine Encephalitis terburuk yang terburuk dalam lebih dari satu dekade," lanjut Joneigh.

"Kasus yang dilaporkan pada manusia dan hewan dan keparahan penyakit ini menggambarkan pentingnya mengambil tindakan pencegahan terhadap gigitan nyamuk."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.