Sukses

Keinginan untuk Bunuh Diri Bisa Muncul karena 5 Kondisi Ini

Lima kondisi psikologis yang bisa memicu keinginan untuk bunuh diri

Liputan6.com, Jakarta - Keinginan bunuh diri bisa muncul karena ketidakmampuan manusia dalam menyelesaikan masalah psikologisnya.

Seperti beban kerja yang tinggi, masalah ekonomi, masalah keluarga, dan masalah sosial yang kerap membuat orang mudah stres yang berujung pada keinginan untuk bunuh diri.

Hingga saat ini, penderita masalah psikologis masih menjadi fenomena gunung es. Artinya, masih banyak kasus yang tersembunyi dan tidak terlihat di permukaan. Inilah sebenarnya yang membahayakan karena jika tidak diatasi dengan benar, masalah psikologis dapat berdampak ke hal-hal negatif seperti bunuh diri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gangguan Psikologis Pemicu Bunuh Diri

Bunuh diri diartikan sebagai tindakan dengan mengambil atau mengakhiri hidup sendiri. Gangguan dan kondisi psikologis tertentu sangat mungkin melatari keinginan ini.

Dalam rangka Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Anda perlu mengenali sejumlah kondisi yang bisa memicu keinginan seseorang untuk bunuh diri. Kondisi-kondisi psikologis tersebut antara lain:

Depresi

Berbagai penelitian secara konsisten menunjukkan hubungan yang kuat antara depresi dengan bunuh diri. Diagnosis depresi meningkatkan risiko seseorang untuk bunuh diri, terutama kondisi depresi berat yang biasanya ditandai oleh adanya keinginan untuk bunuh diri dan gejala depresi lain.

Misalnya, perasaan sedih, malas beraktivitas, sulit tidur, nafsu makan menurun, dan gejala-gejala lainnya.

Gangguan bipolar

Gangguan bipolar, atau yang juga disebut sebagai gangguan manic-depressive, merupakan gangguan pada otak yang menyebabkan adanya perubahan mood yang sangat cepat, serta perubahan tingkat energi dan tingkat aktivitas yang sangat drastis.

Orang dengan bipolar kadang dapat merasa sangat senang dan seketika dapat berubah menjadi sangat sedih. Gangguan bipolar juga dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan bunuh diri.

Post-Traumatic Stress Disorder Post-traumatic stress disorder (PTSD) terjadi ketika seseorang mengalami kejadian yang mengerikan atau mengenaskan dalam hidupnya. Misalnya, menghadapi suatu musibah besar, menghadapi masalah besar, atau ada anggota keluarga dekat yang mengalami kematian mengenaskan.

Hal-hal tersebut akan mendistorsi mental seseorang. Akibatnya, dia sering mengingat-ingat kejadian tersebut dan akhirnya memengaruhi perubahan kondisi psikologisnya.

Skizofrenia

Skizofrenia merupakan kelainan pada otak yang berlangsung kronis dan berat yang menyebabkan adanya distorsi cara perpikir, perubahan persepsi terhadap realitas, perubahan perilaku, emosi, dan hubungan dengan orang lain.

Orang dengan skizofrenia kerap mengalami waham, yaitu gangguan isi pikir dan gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi.

Seorang penderita skizofrenia sering mengalami ketakutan karena sering melihat hal-hal yang aneh. Seperti melihat hantu atau mendengar bisikan-bisikan aneh termasuk bisikan untuk bunuh diri. Itulah mengapa orang dengan skizofrenia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri.

Gangguan mental terkait penyalahgunaan zat aditif

Narkoba dan alkohol merupakan dua hal yang dapat menyebabkan gangguan mental terkait penggunaan zat aditif. Minum alhohol secara berlebihan atau menggunakan narkoba dapat memberikan ketenangan sesaat bagi seseorang yang mengalami masalah.

Namun demikian, efek jangka panjang setelahnya malah akan merusak mental dan pola pikir seseorang. Akibatnya, para pengguna narkoba dan pecandu alkohol memiliki risiko untuk melakukan bunuh diri yang lebih tinggi.

Beragam kondisi psikologis bisa memicu keinginan bunuh diri. Nah, ketika ada orang terdekat mengalami kondisi-kondisi tersebut, Anda sebaiknya waspada.

Semaksimal mungkin berilah perhatian ekstra kepadanya. Dengarkan segala keluh-kesahnya. Anda dapat juga membawanya berkonsultasi ke dokter, psikiater, atau psikolog.

Amati pula gerak-geriknya, jangan sampai dia berbuat hal-hal yang membahayakan nyawanya, terutama ketika sedang sendiri.

Penulis : Dr Reza Fahlevi / Klik Dokter

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini