Sukses

Bisa Bikin Orang Lain Terbawa Suasana, Depresi dan Kecemasan Menular?

Seringkali, orang bisa terbawa suasana ketika ada yang mengalami depresi atau cemas. Benarkah itu menular?

Liputan6.com, Jakarta Seringkali, seseorang ikut terbawa suasana ketika dirinya berada di sekitar orang yang merasakan depresi maupun kecemasan. Namun, bukan berarti masalah mental semacam itu bisa menular.

Walaupun tidak menular, depresi dan kecemasan tetap bisa membuat orang lain ikut merasakannya. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang merespon lingkungan di sekitar kita.

Psikolog klinis asal California, Amerika Serikat Judy Ho mengatakan bahwa penularan emosi adalah perasaan atau mengekspresikan emosi yang serupa dengan orang-orang di sekitarnya, karena perasaan mereka membuat Anda percaya bahwa Anda harus memiliki reaksi emosional yang sama.

"Kita melihat orang lain bagaimana merespon dan penularan emosi adalah bentuk ekstrem dari itu," kata Ho seperti dilansir dari Health pada Selasa (27/8/2019).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ikut Merasakan Depresi Bukan Berarti Mengalaminya

Namun, saat Anda merasakan emosi yang sama dengan orang lain yang merasakan cemas atau depresi, bukan berarti Anda bisa mengalami masalah mental yang sama.

Gail Saltz, profesor psikiatri di New York-Presbyterian/Weill Cornell School of Medicine menyatakan bahwa masalah mental tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain.

"Disfungsi kejiwaan dan psikologis bukan disebabkan oleh agen infeksi," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Penyebab Depresi dan Kecemasan

Ho mengungkapkan bahwa beberapa penelitian menyatakan bahwa masalah mental juga terpengaruh oleh faktor biologis seperti genetik, serta lingkungan misalnya trauma, pelecehan seksual, hingga paparan dari hal negatif.

Sehingga, Anda sesungguhnya bisa melihat tentang sejarah keluarga dan kehidupan, ketimbang memikirkan lingkungan saat ini.

"Gagasan bahwa interaksi sosial bisa meningkatkan risiko terdiagnosis dengan penyakit mental mungkin berasal dari kenyataan bahwa emosi dapat dengan mudah menyebar dari orang ke orang," kata Ho.

"Namun emosi bersifat sementara dan tidak mewakili penyakit mental yang signifikan serta memerlukan perawatan."

Saltz mengatakan bahwa jika ada orang lain yang mengalami masalah mental, jangan berusaha untuk memutuskan hubungan dengan mereka. Hal itu hanya akan membuatnya lebih menderita.

"Dukungan tidak membahayakan bagi orang yang memberikannya," kata Saltz.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.