Sukses

Ribuan Warga Siak Riau Terkena ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dikeluhkan warga Siak akibat paparan asap kebakaran hutan Riau.

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Siak, Riau, jumlah kunjungan pasien yang mengalami keluhan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mencapai 4.000 sampai 5.000 orang. Angka dihitung dari Januari sampai Juli 2019 yang dilihat dari kunjungan pasien ke 14 puskesmas di sana. 

"Untuk Agustus 2019 sekarang kan baru berjalan. Baru dua minggu. Itu saja jumlah kunjungan pasien sudah 1.800 orang terkait ISPA," papar Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Daerah Kabupaten Siak, Budi Yuwono saat diwawancarai Health Liputan6.com di Jakarta, ditulis Rabu (14/8/2019).

Walaupun begitu, pihak puskesmas dan dinas terkait tidak mengidentifikasi, apakah pasien yang mengalami ISPA disebabkan asap kebakaran hutan dan lahan atau bukan.

Tak bisa dimungkiri, tingkat kebakaran yang tinggi pada Maret 2019 ikut berdampak pada jumlah kunjungan pasien. Pada bulan tersebut sebanyak 4.598 orang berkunjung ke puskesmas dengan keluhan ISPA.

"Baru tinggi lagi (tingkat kebakaran hutan) pada Juli 2019. Tapi pada bulan tersebut, pasien yang terdampak ISPA yang ke puskemas malah menurun, sekitar 2.900 orang. Nah, Agustus ini kan baru dua minggu ya, sudah ada 1.800 kunjungan pasien yang mengalami ISPA," lanjut Budi.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Separah Tahun 2015

Pasien yang mengalami keluhan ISPA di Kabupaten Siak lebih banyak menyasar pada lanjut usia (lansia) dan anak-anak. Untuk ibu hamil bila fisik masih kuat tidak berpengaruh parah.

"Paling banyak (yang terdampak ISPA) itu usianya sepuh-sepuh, lanjut usia, dan anak-anak. Kalau ibu hamil selagi fisik kuat ya tidak begitu terpengaruh," Budi menekankan. 

Pembagian masker sudah dilakukan untuk melindungi warga dari paparan asap. Namun, korban terdampak ISPA, lanjut Budi, bagi warga Siak tahun ini tidak separah tahun 2015. Pada tahun 2015, korban terdampak ISPA melebihi 5.000 jiwa.

"Sejak saat itu (2015), kami sudah banyak melakukan pendampingan dan penanganan dampak asap dengan cepat. Dan sekarang ini (asap kebakaran hutan) belum sampai mengganggu penerbangan, aktivitas warga tetap normal,dan belum ada sekolah yang diliburkan,' lanjutnya.

 

3 dari 3 halaman

Kualitas Udara Normal - Sedang

Untuk pemantauan kualitas udara di Kabupaten Siak hingga Rabu, 13 Agustus 2019 masih terbilang normal. Tingkat Air Quality Index (AQI) berada pada warna kuning, yakni berada di angka 51 sampai 100. 

AQI dalam kategori warna kuning menandakan polutan partikel polusi asap kebakaran hutan bisa saja berdampak pada sebagian kecil orang, terutama orang-orang yang belum pernah atau tidak terbiasa sensitif polusi.

"Kualitas udara masih normal sampai sedang. Alat pemantau cuacanya, polutan PM2.5 berada dalam kategori warna kuning," lanjut Budi.

Dari keterangan rilis yang diperoleh Health Liputan6.com, menurut pantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 13 Agustus 2019, kualitas udara di wilayah Riau dan Kalimantan Tengah (Kalteng) pada kategori sedang sampai pukul 16.00 Wib kemarin.

Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menegaskan, walaupun kualitas udara sedang, tapi masih terdeteksi titik panas, yang mengindikasikan terjadi kebakaran hutan dan lahan.

Titik panas di Riau sebanyak 56 titik, sedangkan Kalteng 144 titik. Sementara itu, titik panas di Kalimantan Barat (Kalbar) terpantau 104 titik tapi kualitas udara masih dalam kategori baik. Di wilayah Sumatera, asap juga terdeteksi di Sumatera Selatan (Sumsel) meski tidak terdeteksi titik panas ataupun kehadiran titik api.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.