Sukses

Menata Hidup Pascagempa Palu, Abdul Bangkit Menanam Jagung

Abdul bangkit menanam jagung demi menata kembali hidup pascagempa Palu.

Liputan6.com, Palu Demi menata hidup lebih baik setelah gempa Palu yang terjadi pada 28 September 2018, Abdul Rahim (44) bangkit menanam jagung. Pekerjaan menanam jagung adalah hal baru yang dilakoninya.

Selama dua puluh dua tahun, bertanam padi tak lepas dari kehidupan Abdul sehari-hari. Ia berprofesi sebagai petani di Desa Dolo, Sigi sejak tahun 1997. Lahan berukuran sekitar satu hektar berisikan padi dirawatnya dengan baik.

Namun, gempa Palu dan tsunami mengubah kondisi lahan pertanian. Gempa bumi memotong pasokan irigasi ke sawahnya. Saluran irigasi pun tidak bisa mengalir ke lahannya. Tak ayal, tahun 2019 ini, Abdul belum dapat kembali menanam padi.

Kehadiran bantuan pertanian dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memberikan titik terang bagi Abdul. Ia menjadi salah satu penerima bantuan pertanian dari FAO. Bantuan yang diperolehnya berupa biji jagung dan pupuk.

Atas bantuan yang ada di tangan saat ini, Abdul berusaha bangkit dari kerusakan gempa Palu. Ia mencoba menanam jagung meski baru pertama kali ia lakukan.

“Saya mendengar, hanya dibutuhkan sedikit air untuk menanam jagung. Saya ingin mencobanya. Dukungan pertanian apa pun bentuknya akan membantu saya untuk saat ini,” tutur Abdul dalam keterangan rilis kepada Health Liputan6.com, Selasa (2/7/2019).

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sistem Irigasi Rusak

Bantuan biji jagung menjadi pilihan upaya yang bisa dilakukan Abdul. Ia berharap saluran air irigasi di desanya akan segera pulih sehingga bisa kembali menanam padi.

Abdul adalah satu di antara delapan ribu petani penerima bantuan pertanian yang didistribusikan oleh FAO. Diperkirakan gempa bumi dan tsunami Palu merusak hampir 10.000 hektar lahan pertanian.

Tanaman padi dan jagung termasuk tanaman yang paling terkena dampak kehancuran bencana tersebut. Data FAO juga mencatat, hilangnya produksi sayuran juga diperkirakan sangat tinggi.

Di Kabupaten Sigi, kerusakan pada sistem irigasi utama telah memutus pasokan air yang menuju lebih dari 8.000 hektar lahan pertanian dan puluhan tambak budidaya.

3 dari 3 halaman

Pulihkan Produksi Pangan

FAO bekerjasama dengan Provinsi Sulawesi Tengah memberikan bantuan pertanian dan perikanan kepada petani, nelayan beserta keluarganya. Bantuan diberikan kepada lebih dari 8.000 petani di 132 desa di 21 kecamatan.

Bantuan pertanian yang didistribusikan meliputi 430 ton pupuk, lebih dari 7 ton benih jagung, tomat, dan cabai rawit, dan lebih dari 500 ribu meter mulsa plastik.

“Adalah bagian dari mandat kami untuk memulihkan produksi pangan dan membangun kembali mata pencaharian petani dan nelayan di Palu, Sigi dan Donggala. Kami ingin memastikan bahwa petani dan nelayan di daerah yang terkena dampak dapat kembali hidup normal,” ujar Kepala Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard.

Progam FAO untuk memulihkan ketahanan pangan di Palu, Sigi dan Donggala yang bernilai USD 1 juta adalah bagian dari program yang dibiayai oleh Dana Tanggap Darurat Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa (CERF). Ini membantu pemerintah merespons gempa dan tsunami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.