Sukses

Nyamuk Tak Sembarang Pilih Korban, Apa Penyebabnya?

Ternyata, tidak semua orang bisa dipilih nyamuk sebagai targetnya. Apa penyebabnya?

Liputan6.com, Jakarta Di musim-musim tertentu, populasi nyamuk seringkali menjadi lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Orang terkadang resah dengan hal ini karena takut akan penyakit yang bisa timbul dari hewan ini.

Meski begitu, beberapa orang tampaknya tidak begitu disukai nyamuk. Sementara, orang-orang lainnya harus bekerja lebih keras agar kulit mereka tidak jadi sasaran empuk. Apa penyebabnya?

Melansir Live Science pada Senin (24/6/2019), zat kimia yang ada di udara kita dimanfaatkan nyamuk untuk menemukan korbannya. Dengan perilaku dan indranya, mereka mengikuti jejak kimiawi yang ditinggalkan tubuh manusia.

Nyamuk mengandalkan karbon dioksidan untuk menemukan inangnya. Ketika manusia mengembuskan napas, karbon dioksida dari paru-paru dilepaskan ke udara. Dari situlah, nyamuk mencari jejak dari zat tersebut.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berbagai Faktor yang Dipertimbangkan Nyamuk

Joop van Loon, ahli entomologi di Wageningen University, Belanda mengatakan, nyamuk menggunakan jejak karbon dioksida itu dan terus terbang hingga merasakan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding yang mereka rasakan di udara normal.

Mereka bahkan bisa mengunci target dari jarak hingga 50 meter.

Pada jarak satu meter dari korban, nyamuk mulai memperhitungkan beberapa faktor yang bisa berbeda pada setiap orang. Mulai dari suhu, keberadaan uap air, dan warna.

Selain itu, nyamuk juga menganalisis senyawa kimia yang diproduksi koloni mikroba di kulit.

"Bakteri mengubah sekresi kelenjar keringat kita menjadi senyawa volatil yang dibawa melalui udara ke sistem penciuman di kepala nyamuk," kata Van Loon.

3 dari 3 halaman

Mengurangi Risiko Digigit Nyamuk

Susunan kimia yang ada pun berbeda pada setiap manusia. Mereka bervariasi berdasarkan genetik dan lingkungan.

"Jika Anda membandingkan ayah dan anak perempuan dalam rumah tangga yang sama, mungkin ada perbedaan dalam rasio bahan kimia yang dihasilkan mikroba," kata Jeff Riffell, profesor biologi di University of Washington, Amerika Serikat.

Maka dari itu, sulit untuk mengendalikan mikroba yang ada di kulit agar terhindar dari nyamuk. Namun, ada satu faktor lain yang bisa Anda gunakan untuk mencegah gigitan hewan ini.

"Nyamuk menyukai warna hitam," kata Riffell. Sehingga, Anda bisa menggunakan warna yang lebih cerah untuk mengurangi potensi digigit serangga tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.