Sukses

Jumlah Anak Rabun Jauh di Indonesia Meningkat Drastis pada 2050

Hampir setengah populasi anak dunia, termasuk di Indonesia mengalami rabun jauh pada 2050.

Liputan6.com, Jakarta Lebih dari 500 juta anak usia sekolah di dunia akan mengalami rabun jauh atau miopi di 2050. Sebuah data terbaru yang dikumpulkan oleh Clearly yang dipresentasikan dalam konferensi di London mengungkapkan hal ini.

Mengutip Pharmacy Business pada Selasa (11/6/2019), peningkatan rabun jauh atau mata minus di 2050 hampir 200 juta dari saat ini.

Masalah pada mata ini diperkirakan akan meningkat pesat pada anak-anak di dua negara: Tiongkok (65,7 persen) dan India (22,3 persen).

Selain dua negara tersebut, mereka yang menghadapi masalah peningkatan angka rabun jauh pada anak usia sekolah di 2050 adalah: Amerika Serikat (27,6 persen), Meksiko (18,6 persen), Indonesia (17,2 persen), Nigeria (16,4 persen), Pakistan (12,3 persen), Bangladesh (9,3 persen), Brasil (8,5 persen), dan Jepang (8,0 persen).

Simak juga video menarik berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berbagai Penyebab Rabun Jauh pada Anak

Brian Holden Institute memperkirakan, hampir setengah dari populasi dunia akan memiliki rabun jauh pada 2050, termasuk anak-anak.

Beberapa penyebabnya adalah kurangnya waktu di luar ruangan, serta berbagai kegiatan yang berbasis kedekatan seperti main gim, pekerjaan rumah, membaca buku, komputer, dan layar ponsel.

"Jika tidak diatasi, penglihatan yang buruk dapat berdampak buruk pada semua bidang kehidupan, khususnya masa depan anak-anak." kata James Chen, pendiri badan amal Clearly yang merupakan penyelenggara konferensi serta bagian dari penelitian tersebut.

"Pelajar tidak bisa melihat apapun tulis, pekerja tidak bisa mencapai potensi penuh mereka, dan banyak nyawa yang terancam karena supir tidak bisa melihat dengan benar," tambahnya.

 

3 dari 3 halaman

Penglihatan Buruk Turunkan Produktivitas

Menurut Chen, hingga 700 tahun setelah kacamata diciptakan, tetap saja penglihatan yang buruk menjadi kecacatan terbesar yang masih sulit diatasi di dunia.

"Jika bisnis dan pemerintah di seluruh dunia menanggapi masalah ini dengan serius, kita bisa membuat dampak besar pada kehidupan yang tidak terhitung jumlahnya," kata Chen dalam laman resminya.

Studi yang dilakukan Clearly tahun lalu juga menemukan bahwa penglihatan yang buruk mengurangi produktivitas secara dramatis. Mereka melihat, pekerja pertanian yang menggunakan kacamata rata-rata memiliki produktivitas yang meningkat hingga 22 persen.

Temuan ini nantinya akan dipublikasikan di World's Report on Vision milik Organisasi Kesehatan Dunia yang terbit akhir tahun ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.