Sukses

Senyawa dalam Brokoli Berpotensi jadi Obat Skizofrenia di Masa Depan

Brokoli tidak hanya mengandung vitamin. Di samping itu, senyawa yang terkandung di dalamnya bisa membantu perawatan orang dengan skizofrenia

Liputan6.com, Jakarta Apabila selama ini brokoli lebih terkait dengan kandungannya yang mampu melawan kanker dan sumber vitamin, sebuah studi menemukan manfaat lain. Sayuran hijau ini berguna bagi orang yang mengalami skizofrenia.

Melansir Fox News pada Jumat (17/6/2019), peneliti dari Johns Hopkins Medicine menemukan bahwa senyawa yang berasal dari brokoli mampu membantu menyesuaikan ketidakseimbangan kimiawi di otak. Kondisi tersebut memang banyak dikaitkan dengan skizofrenia.

Kandungan sulforaphane yang tinggi dari sayuran ini berpotensi menjadi obat alternatif untuk menggantikan antipsikotik yang efeknya seringkali menyakitkan.

"Ada kemungkinan bahwa penelitian di masa depan bisa menunjukkan sulforaphane menjadi supleme nyang aman untuk memberikan orang perlindungan dari risiko berkembangnya skizofrenia baik itu untuk mencegah, menunda, atau mengurangi timbulnya gejala," kata Akira Sawa, kepala Johns Hopkins Schizophrenia Center.

Studi yang diterbitkan di jurnal JAMA Psychiatry ini melihat wilayah otak dari 81 orang yang baru saja mengalami psikosis pertamanya. Rata-rata, mereka memiliki 4 persen lebih sedikit bahan kimia glutamat di beberapa daerah otak dibandingkan mereka yang sehat.

 

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Efek Samping Rendah

Mengutip New York Post, penelitian lain di Molecular Neuropsychiatry menemukan bahwa peserta dengan kondisi psikosis yang mendapatkan dua kapsul sulforaphane setiap harinya, hanya melaporkan efek samping ringan. Beberapa di antaranya adalah meningkatnya gas dan gangguan perut.

Selama ini, pengobatan skizofrenia sangat erat dengan meningkatnay gerakan tidak sadar, tubuh bergetar, serta risiko kardiovaskular.

"Untuk orang-orang yang kemungkinan memiliki penyakit jantung, kita tahu bahwa perubahan dalam diet dan olahraga bisa membantu mencegah penyakit itu, tetapi belum ada hal semacam ini untuk gangguan mental yang parah," kata Thomas Sedlak dari Johns Hopkins’ Schizophrenia and Psychosis Consult Clinic.

Meski begitu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk hal ini. Sedlak sendiri berharap agar suatu saat, penyakit mental bisa dicegah dalam batas tertentu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.