Sukses

198 Juta Penduduk Indonesia Terbebas dari Malaria

Dari 260 juta penduduk Indonesia, 198 juta penduduk di antaranya sudah terbebas dari malaria.

Liputan6.com, Jakarta Menuju Indonesia bebas malaria tahun 2030, kasus penyakit yang dibawa nyamuk Anopheles ini mengalami penurunan drastis. Jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia, Indonesia punya kontribusi penting terhadap penurunan kasus malaria. Selama delapan tahun terakhir (dari 2010-2018), malaria di Indonesia menurun.

Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, dari tahun 2010 sampai 2017 telah terjadi penurunan kasus malaria sebesar 44 persen. Jumlah kasus malaria tahun 2010 sebanyak 465.000 kasus.

"Tahun 2017 jumlah kasus malaria sebanyak 261.000 kasus per tahun. Data terakhir tahun 2018, kita turun menjadi 220.000 kasus. Dalam hal ini ketercapaian eliminiasi malaria sudah 44 persen turunnya," papar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam siaran langsung di Siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, ditulis Minggu (28/4/2019).

Dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 285 kabupaten/kota diantaranya sudah berstatus eliminasi malaria. Sertifikat bebas malaria di kabupaten/kota pun diserahkan kepada kepala pemerintah daerah setempat. Menteri Kesehatan Nila Moeloek turut memberikan sertifikat tersebut.

"Bu Menkes yang memberikan sertifikat eliminasi malaria. Artinya, sudah 198 juta dari 260 juta penduduk Indonesia terbebas dari malaria. Ya, 70 sampai 75 persen penduduk tidak berisiko kena malaria di tempat tinggalnya," tambah Nadia.

Jumlah penurunan kasus malaria di Indonesia termasuk salah satu contoh perkembangan kondisi kesehatan di Asia Tenggara. Secara global, kasus malaria menurun.

Laporan World Malaria Report 2018 sudah terjadi penurunan insiden malaria di dunia sebanyak 8 persen dari tahun 2010 sampai 2017. Sebanyak 239 juta kasus malaria pada tahun 2010. Sementara itu, tahun 2017 turun menjadi 219 kasus malaria di dunia. Data diambil dari 91 negara.

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pasang kasa dan lokasi kandang ternak

Risiko terinfeksi malaria sangat tinggi bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah endemis malaria, terutama di Indonesia bagian timur. Sebut saja Papua, Papua Barat; Maluku, Maluku Utara; dan Nusa Tenggara Timur. Sebagian besar Papua, Papua Barat merupakan wilayah endemik malaria tertinggi di Indonesia.

Meski di beberapa wilayah kasus malaria ditemukan 1 sampai 10 kasus per tahun, daerah yang bersangkutan belum sepenuhnya bebas dari malaria. Untuk mencapai eliminasi malaria itu tidak ditemukan lagi kasus malaria.

Ada serangkaian intervensi yang dilakukan agar masyarakat bisa terbebas dari serangan malaria. Bermukim di daerah yang endemis malaria, masyarakat harus mewaspadai gigitan nyamuk Anopheles.

Upaya ini berlaku pada Anda yang hendak berkunjung ke wilayah endemis malaria. Yang paling utama, saat mengunjungi daerah endemis malaria, hindari gigitan nyamuk.

Bagi masyarakat yang tinggal di lokasi endemis, disarankan untuk menggunakan kelambu saat tidur.

"Kalau malaria pakai kelambu yang dilapisi insektisida. Kelambunya aman bertahan tiga tahun. Saat jalan-jalan ke pantai dan buat api unggun pada malam hari, gunakan pakaian lengan panjang dan oleskan losion anti nyamuk," Nadia menjelaskan.

Tidur menggunakan kelambu agar mencegah gigitan nyamuk malaria. Karena nyamuk malaria biasa beraksi pada malam hari, yakni pukul 18.00 sampai 06.00. Masyarakat juga bisa menggunakan obat nyamuk semprot.

"Perlu juga rumah dipasang kasa (kawat nyamuk) untuk menghindari nyamuk masuk. Kemudian perhatikan lokasi kandang ternak. Mesti agak jauh dari rumah. Biar nyamuk gigit ternaknya, bukan ke manusia. Kadang kan lokasi kandang ternak persis bersebelahan dengan rumah," tambah Nadia.

3 dari 4 halaman

Singkirkan lumut

Selain pasang kelambu berinsektisida dan mengenakan pakaian lengan panjang, masyarakat juga perlu memerhatikan lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan yang berisiko sebagai tempat hidup nyamuk umumnya di lingkungan yang terdapat genangan air.

"Genangan air di rawa dan laguna. Bisa juga di muara sungai yang lambat, saluran irigasi untuk persawahan dan mata air. Yang pasti kalau di luar rumah, perhatikan ada atau tidak, genangan air," papar Nadia.

Serupa dengan berantas demam berdarah dengue (DBD), basmi malaria juga menerapkan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kebersihan lingkungan meliputi melancarkan saluran air, mengeringkan air yang tak tergenang.

"Buat warga yang punya kolam, bersihkan lumut di dalamnya. Ini karena lumut tempat yang disenangi nyamuk untuk menaruh telur, yang mana akan menjadi jentik-jentik nyamuk. Cara ini mengurangi jumlah nyamuk," ujar Nadia.

Pemberian larvasida--bahan kimia untuk membunuh nyamuk serta pelihara ikan pemakan jentik bisa dilakukan. Bersihkan juga semak-semak di rumah.

4 dari 4 halaman

Basmi nyamuk malaria

Komitmen pemerintah Indonesia membasmi malaria seiring dikeluarkannya kebijakan dunia terkait eliminasi malaria di tahun 2007. Walaupun begitu, Indonesia sudah berupaya menekan penyebaran malaria sejak tahun 1959. Soekarno yang pada waktu berkuasa mencanangkan pembasmian malaria di Desa Kalasan, Yogyakarta.

Malaria ini penyakit yang sudah lama ada di Indonesia. Jenis nyamuk vektor Anopheles di Indonesia ribuan spesies. Tak ayal, risiko kematian besar bila tak segera ditangani.

"Jadi pada tahun 1959 komitmen Indonesia memberantas malaria. Waktu itu presidennya Soekarno. Beliau mencanangkan pembasmian malaria menggunakan insektisida. Ini digunakan untuk membunuh nyamuk," Nadia mengungkapkan.

Seiring berganti pemerintahan, eliminasi malaria diperkuat pada tahun 2009, yang pada waktu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali mencanangkan istilah eliminasi.

"Kita sekarang mencoba menghilangkan malaria. Ini adalah upaya menghentikan penularan malaria," ujar Nadia.

Eliminasi berupa menghilangkan atau menekan kasus sedekat mungkin bahwa tidak ada kasus malaria yang ditemukan. Supaya kasus malaria tertekan, jumlah parasit nyamuk kurang dari satu per 1.000

"Bila kasus malaria di Indonesia sudah sepenuhnya tidak ada. Maka, Indonesia dapat sertifikasi eliminasi malaria dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," Nadia melanjutkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.