Sukses

Wabah Campak di AS, Kemenkes: Tidak ada Imbauan Khusus dari WHO

Menyoal wabah campak di AS, Kementerian Kesehatan RI menyatakan tidak ada imbauan khusus dari WHO.

Liputan6.com, Jakarta Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat, laporan kasus wabah campak yang terjadi. Laporan kasus campak pada Senin, 22 April 2019, menunjukkan ada 71 kasus tambahan minggu lalu.

Melansir laman USA Today, kini, total kasus campak menjadi 626 kasus di 22 negara bagian Amerika. Data tersebut dihitung sejak 1 Januari 2019. Wabah campak di Amerika pun tengah menjadi sorotan dunia.

Negara-negara bagian dengan wabah campak di Amerika meliputi Arizona, California, Colorado, Connecticut, Florida, Georgia, Illinois, Indiana, Iowa, Kentucky, Maryland, Massachusetts, Michigan, Missouri, New Hampshire, New Jersey, New York, Oregon, Texas, Tennessee, dan Washington.

Menyoal wabah campak di Amerika, Kementerian Kesehatan RI menyampaikan, tidak ada imbauan khusus dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ke negara-negara lain. Pun tak ada secara khusus peringatan perjalanan (travel warning) dan saran (travel advice) menuju negara tersebut.

"Sebenarnya imbauan secara khusus seperti sebuah program (menggencarkan) imunisasi campak enggak ada. Karena imunisasi memang sebuah bagian (wajib) dari imunisasi yang kita berikan kepada anak," jelas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Anung Sugihantono di sela-sela acara Pekan Imunisasi Dunia 2019 di Kementerian Kesehatan, Jakarta, ditulis Rabu (24/4/2019).

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Membawa virus campak

WHO hanya mengingatkan bahwa di daerah-daerah Amerika tertentu ada wabah campak. Pastikan kalau berkunjung ke daerah tertentu di Amerika sudah mendapatkan kekebalan terhadap campak.

"Ya, supaya kita tidak tertular (campak) dan atau membawa manifes (virus campak)," lanjut Anung.

Anung menambahkan, meski kita punya kekebalan tubuh terhadap campak dan sudah divaksin campak, virus campak bisa saja menempel di tubuh kita.

"Misal, saya sudah punya kekebalan campak. Sekarang, saya pergi ke Arizona, wilayah yang lagi wabah campak. Saya mungkin tidak tertular campak. Tidak sampai sakit juga di sana, tapi saya bisa saja membawa virus campak karena kontak dengan orang-orang di sana," tambahnya.

Ketika tiba di Tanah Air, yang terjadi adalah virus campak yang kita bawa bisa menular ke tubuh orang lain. Dalam hal ini, orang yang belum divaksin campak dan punya kekebalan tubuh rendah.

"Kalau sudah sampai di sini (Indonesia), lalu berkunjung ke daerah yang masyarakatnya punya kekebalan tubuh rendah atau saya ketemu orang yang tidak imunisasi campak. Mungkin (virus campak) akan manifes (masuk dan berkembang) ke tubuh orang lain, bukan di tubuh saya, misalnya begitu," papar Anung.

3 dari 4 halaman

Vaksin campak lebih efektif

Upaya yang dilakukan FDA adalah mengingatkan masyarakat bahwa vaksin campak, gondok, dan rubela (MMR) aman dan efektif.

"Ini sangat mengkhawatirkan bahwa campak kembali muncul sebagai ancaman kesehatan masyarakat. Prioritas mendesak sekarang, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya imunisasi," kata Direktur Center for Biologics Evaluation and Research, Peter Marks, dikutip dari USA Today.

Bukti ilmiah yang luar biasa menunjukkan, vaksin termasuk cara paling efektif dan aman untuk mencegah penyakit serta melindungi kesehatan masyarakat.

"Vaksinasi campak, gondok, dan rubela tidak hanya melindungi kita dan anak-anak, tapi itu juga melindungi anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu karena penyakit dan menjalani perawatan khusus, seperti kanker," tambah Peter.

Direktur pusat pendidikan vaksin di Children's Hospital of Philadelphia, Paul Offit menjelaskan, akan sangat membantu jika pejabat FDA mengeluarkan pernyataan tentang keamanan vaksin campak dan rubela. Ini demi menjawab keraguan orangtua terhadap vaksin.

4 dari 4 halaman

Tidak memicu autisme

Sebagian orangtua di Amerika menganggap, vaksin campak justru memicu anak menjadi autisme. Paul menyampaikan, ada 18 studi tentang keamanan vaksin, termasuk studi selama satu dekade yang menyasar lebih dari 650.000 anak di Denmark.

Studi membandingkan anak-anak yang menerima vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) dengan anak-anak yang tidak mendapat vaksin. Hasil studi yang dirilis tahun 2019 ini menyimpulkan, tidak ada peningkatan risiko autisme pada anak-anak yang divaksin MMR.

Campak umum terjadi di beberapa negara bagian Eropa, Asia, Kepulauan Pasifik, dan Afrika. Wisatawan dapat membawa virus penyakit ini ke AS dari daerah mana saja tempat wabah campak terjadi.

Virus campak sangat menular dan mudah menyebar lewat batuk dan bersin. Campak dapat menyebabkan komplikasi, seperti radang paru-paru dan pembengkakan otak.

Gejala umum campak termasuk demam, pilek, batuk dan ruam yang dapat menyebar ke seluruh tubuh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.