Sukses

Efek Buruk Berteriak pada Anak

Berteriak malah membuat anak merasa ketakutan kepada orangtua. Selain itu, ini dampak buruk lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Saat anak melakukan kesalahan, orangtua kadang tak sadar berteriak marah-marah kepada anak. Namun, ada baiknya tidak boleh terlalu sering dilakukan karena tidak baik untuk kepribadian maupun perkembangan karakternya kelak.

Teriakan yang Anda lontarkan hanya akan membuat anak merasa ketakutan kepada orangtua. Kemarahan dan agresi seperti berteriak juga bakal ditiru oleh si Kecil. 

Penulis dan pendidik orang tua, Laura Markham, Ph.D, menyarankan kepada seluruh orang tua untuk selalu mengelola emosi sebelum memberikan tindak lanjut pada perilaku anak-anak.

Suara yang keras tidak membuat pesan menjadi lebih jelas. Begitu pula pada anak-anak. Berteriak justru membuat mereka lebih sulit untuk mendisiplinkan diri, karena setiap suara keras yang Anda lontarkan menurunkan sikap penerimaan mereka.

Seperti dilansir dari Healthline, berteriak juga bisa membuat anak berperilaku lebih agresif, baik secara fisik maupun verbal.Berteriak dalam konteks apapun merupakan ekspresi kemarahan, yang membuat anak-anak ketakutan dan merasa tidak aman.

Sementara itu, ketenangan akan membuat anak-anak merasa dicintai dan diterima, terlepas dari perilaku buruk mereka. Ketika si Kecil merasa lebih “aman”, mereka akan cenderung memiliki keinginan untuk berubah lebih baik secara mandiri.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cegah

Mulai saat ini, hindari mendisiplinkan anak dengan berteriak. Akan lebih baik bila Anda mengikuti saran dari dr. Fiona Amalia, MPH dari KlikDokter berikut ini:

- Jangan hanya berkata bahwa si Kecil tidak boleh berlari-larian saat makan. Jelaskan juga mengapa aturan ini penting untuk dipatuhi. Anda bisa mengatakan bahwa berlari saat makan berbahaya, karena ia bisa tersedak. Berikan penjelasan yang singkat, padat, dan jelas, karena anak akan cenderung mengabaikan nasihat yang bertele-tele.

- Gunakan nada yang tegas tetapi tetap terkontrol. Anda harus tenang dan tidak terbawa emosi saat memberikan penjelasan.

- Ketimbang mengatakan apa yang salah, lebih baik katakan apa yang seharusnya dilakukan. Contoh, “Kalau mau loncat-loncat, di lantai, ya. Sofa itu tempat duduk. Kalau diloncati nanti rusak.” Hindari sekadar mengatakan “Jangan loncat-loncatan di sofa!” sembari berteriak.

- Teriakan, ancaman, dan hukuman yang tidak tepat membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang Karenanya, berikan konsekuensi yang mengarah pada perilaku tertentu, tetapi disertai peringatan yang jelas. Misal, anak Anda memukul wajah temannya dengan mainan. Untuk mengatasinya, Anda bisa mengambil mainannya, lalu jelaskan bahwa mainan itu bukan sebagai alat pukul.

- Jika sudah mengerti, beri kesempatan si Kecil untuk meminta maaf. 

 

Penulis: Ayu Maharani/Klikdokter.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.