Sukses

Punya Kelainan Genetik, Lansia Ini Tidak Bisa Mengalami Rasa Sakit dan Stres

Lansia asal Skotlandia ini memiliki mutasi pada gennya yang membuat dirinya tidak bisa mengalami rasa sakit akibat luka

Liputan6.com, Jakarta Jika Anda pernah melihat kisah fiksi tentang seseorang yang tidak bisa merasakan rasa sakit, kejadian yang dialami perempuan ini adalah nyata.

Seorang wanita asal Skotlandia menjalani hidupnya tanpa rasa sakit, secara harfiah. Hal ini dikarenakan adanya mutasi gen langka yang ada dalam tubuhnya.

Dilaporkan dalam Journal of Anesthesia, perempuan 71 tahun itu tidak bisa merasakan sakit karena luka gores ataupun luka bakar. Dokter awalnya menyadari bahwa perempuan itu tidak mengalami rasa sakit saat menjalani operasi tangan. Wanita itu juga menceritakan bahwa setahun sebelumnya, dia sempat menderita osteoartritis di pinggulnya serta degenerasi sendi yang parah tanpa rasa sakit.

Melansir Live Science pada Senin (1/4/2019), para peneliti dari University College London dan University of Oxford di Inggris, melakukan tes genetik apa yang menghilangkan kepekaannya terhadap rasa sakit. Mereka menemukan adanya dua mutasi yang spesifik dalam gennya.

Para ilmuwan mengatakan bahwa mutasi tersebut tidak hanya berpengaruh pada kepekaannya terhadap rasa sakit. Wanita bernama Jo Cameron itu juga diketahui memiliki perasaan panik, cemas, atau pun stres.

"Saya hanya tahu kalau saya ini orang yang bahagia dan beruntung, tapi tidak sadar kalau saya berbeda. Saya tidak tahu ada hal aneh yang terjadi hingga berusia 65 tahun," kata Cameron seperti dikutip dari The Guardian.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harapan bagi pengobatan rasa sakit

Ketika diberitahu tentang mutasi yang dia miliki, Cameron baru mengerti tentang segala pengalaman masa lalunya yang terlihat baik-baik saja. Dia pernah mengalami patah lengan ketika berusia delapan tahun dan tidak memberi tahu siapa pun sampai tulangnya pulih dengan sendirinya meskipun tidak benar-benar normal.

Selain itu, dia bisa memakan cabai yang sangat pedas tanpa terasa kepedasan. Cameron juga menceritakan bahwa dirinya pernah tidak sengaja menyetrika kulitnya dan luka bakarnya sembuh dengan cepat.

"Saya sedikit terhibur ketika mengetahuinya," kata Cameron.

Para peneliti mengatakan bahwa ibu dari Cameron merasakan sakit seperti orang biasa. Namun, putranya atau dalam hal ini saudara Cameron, memiliki mutasi yang kepekaannya terhadap rasa sakit tidak terlalu tajam. Mereka menduga, ayah Cameron telah mewariskan mutasi tersebut.

"Pasien tidak kehilangan sama sekali kepekaan terhadap rasa sakit, tapi kami melihatnya. Ketika mereka msaih muda, mereka mungkin menggigit sebagian lidah dan melukai jari mereka sendiri karena belum tahu itu berbahaya," kata peneliti studi James Cox.

Di sisi lain, meski berbahaya bagi diri mereka sendiri, ada harapan baru dengan adanya temuan ini untuk dunia medis. Khususnya untuk membantu orang-orang yang hidup dalam rasa sakit.

"Setelah kami bisa memahami cara kerja gen baru, kami berpikir tentang terapi gen yang kita lihat dalam dirinya. Ada jutaan orang yang hidup dalam kesakitan dan membutuhkan analgesik baru. Pasien seperti ini memberikan kita wawasan sesungguhnya dalam sistem rasa sakit."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.