Sukses

Sukses di Hewan, Uji Coba Transplantasi Kepala Siap Dilakukan pada Manusia

Dua ilmuwan yang melakukan uji coba transplantasi kepala beberapa waktu lalu mengatakan, eksperimen ini siap dilakukan pada manusia

Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan mengatakan bahwa transplantasi kepala yang dulu pernah diuji coba, kini siap dilakukan pada manusia. Sebelumnya, mereka telah melakukan uji coba pada mayat.

Ahli bedah saraf Sergio Canavaro dari Italia bersama dengan Xiaoping Ren dari Tiongkok beberapa waktu lalu pernah melakukan sebuah operasi kontroversial pada jenazah. Keduanya mengklaim bahwa transplantasi kepala bisa menjadi solusi untuk memperbaiki cedera sumsum tulang belakang yang tidak bisa diubah dalam sebuah percobaan hewan terbarunya.

Melansir New York Post pada Minggu (31/3/2019), dalam dua studi yang dipublikasikan minggu ini menyatakan bahwa monyet dan anjing bisa berjalan lagi setelah tulang belakang yang putus diperbaiki. Mereka berdua menyatakan bahwa temuan itu belum pernah terjadi sebelumnya dan membuka harapan bagi uji coba untuk manusia.

"(Percobaan ini) sepenuhnya menolak pandangan bahwa sumsum tulang belakang yang terputus tidak bisa diperbaiki dengan cara apa pun, sebuah pernyataan seperti mantra yang berulang-ulang tanpa kritisi," kata Canavaro pada USA Today.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Surgical Neurology International ini dilakukan di Harbin Medical University, Tiongkok. Xiaoping menambahkan, terobosan ini adalah bukti bahwa percobaan pada manusia harus dipersiapkan.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dianggap tidak etis

Penelitian yang dilakukan oleh Canavaro dan Xiaoping sendiri jelas mendapatkan pertentangan. Profesor Jan Schnupp dari University of Oxford menyatakan bahwa prosedur semacam ini serupa dengan gambaran tokoh fiksi Frankenstein.

"Peluang seseorang yang kepalanya ditransplantasikan ke tubuh lain sehingga memperoleh kendali atas tubuh, atau mendapat manfaat dari tubuh yang dicangkok, itu sama sekali diabaikan," kata Schnupp.

Dia menambahkan, ada pelanggaran moral yang dilakukan. Schnupp bahkan mengibaratkannya keduanya seperti seorang kriminal.

"Percobaan semacam itu tidak lebih dari seorang kriminal. Sebagai ilmuwan saraf, saya ingin masyarakat umum diyakinkan, bahwa saya atau rekan-rekan lainnya berpikir bahwa memenggal kepala orang untuk eksperimen yang sangat lama tidak bisa diterima."

Sebelumnya, pada 2015, Canavaro menyatakan bahwa dia ingin mentransplantasikan kepala seorang pria lumpuh bernama Valery Spiridonov, ke tubuh orang yang sudah meninggal. Pria 33 tahun asal Rusia ini menderita penyakit pemborosan otot secara genetik.

Para ilmuwan nantinya akan mendinginkan tubuh ke kondisi hipotermia. Kemudian, mereka akan memotong tulang belakang menggunakan pisau berlian. Langkah selanjutnya adalah dengan menyambung kembali pembuluh darah dan saraf, yang menghubungkan mereka dari kepala Valery ke tubuh yang sudah mati.

"Sudah terlalu lama alam mendikte aturannya kepada kita. Kita dilahirkan, tumbuh, menua, dan mati. Kita telah memasuki zaman di mana kita akan mengambil alih takdir ke tangan kita. Itu akan mengubah segalanya," kata Canavaro.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.