Sukses

Badai Idai Telah Berlalu, Wabah Penyakit Intai Ribuan Korban Selamat di Afrika

Terjangan Badai Idai yang menyapu tiga negara di Afrika Selatan menimbulkan risiko wabah penyakit terbesar.

Liputan6.com, Mozambik Badai Idai menimbulkan risiko wabah penyakit bagi ribuan korban selamat di tiga engara Afrika Selatan. Badai Idai menerjang kawasan tersebut pada Kamis, 14 Maret 2019. Sejak saat itu, angin topan dan hujan deras terus mengguyur sehingga berujung banjir besar.

Direktur Humanity and Inclusion, Marco Tamburro juga memerhatikan dampak wabah penyakit dari banjir, yang diakibatkan Badai Idai.

"Ini adalah risiko besar dengan banjir meluap. Ada risiko wabah kolera, malaria, dan penyakit lainnya," jelas Marco, dikutip dari CNN, Rabu, 20 Maret 2019.

Badai Idai menghantam negara Afrika sebagai badai Kategori 2 kelas atas dengan kecepatan 175 kph (110 mph) pada tengah malam Kamis. Kehancuran pun meluas. Bermula menghantam Mozambik, badai kemudian menyapu Zimbabwe dan Malawi.

Dari gambar satelit Sentinel-1 Uni Eropa menunjukkan, area seluas 150 mil persegi (388 kilometer persegi) terkena dampak amukan Badai Idai, menurut laporan EU's Copernicus Emergency Management Service pada Selasa, 19 Maret 2019. Luas tersebut lebih dari dua kali lipat luas Distrik Columbia.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bantuan makanan dan obat-obatan

Uni Eropa telah mengumumkan akan mengirim $3,97 juta Rp56,44 miliar bantuan darurat ke Mozambik, Malawi, dan Zimbabwe. Uni Emirat Arab juga akan mengirim hampir $ 5 juta Rp71 miliar.

Bantuan tersebut terdiri dari persediaan makanan dan suplemen makanan untuk anak-anak, persediaan medis dan obat-obatan. Ada juga persediaan tempat tinggal untuk membantu 600.000 orang di seluruh negara, berdasarkan laporan Emirates Red Crescent.

Kekhawatiran meningkat pada lebih dari 500.000 orang di kota Beira, Mozambik. Pejabat lembaga bantuan memperingatkan, 90 persen dari wilayah itu telah dihancurkan oleh Badai Idai.

"Jalan-jalan terputus sehingga Beira terisolasi dan jaringan telepon seluler putus," lanjut Marco.

Ribuan keluarga, terutama dari daerah termiskin di Beira kehilangan rumah. Sementara itu, beberapa korban selamat lain menemukan, tempat berteduh dengan tetangga dan teman.

Sebagian besar tidak memiliki pilihan lain, selain bertahan hidup, seperti di atap rumah. Mereka menunggu bantuan kemanusiaan datang.

3 dari 3 halaman

Orang tidak dapat meminta bantuan

Pemerintah Mozambik mengatakan sekitar 600.000 orang terkena dampak badai. Fahmida Miller dari Al Jazeera melaporkan dari Beira, listrik tak berfungsi.

"Tidak ada komunikasi. Orang tidak dapat meminta bantuan, sementara yang lain tidak dapat menentukan di mana keberadaan orang yang hilang," kata Fahmida, dikutip dari Al Jazeera. "Atap rumah sakit utama kota hancur selama badai. Rumah sakit itu juga kehabisan obat.

Kemarahan dan frustrasi di antara para korban yang selamat saling berucap.

"Warga diminta untuk mengungsi sebelum badai, tetapi pertanyaan bagi mereka adalah ke mana harus pergi," ujar Fahmida.

Di Mozambik tengah, tim-tim darurat berangkat dengan kapal menyelamatkan orang dari atap dan puncak pohon dari pagi sampai malam hari. Sekitar 60 km barat laut Beira, Jose Batio yang berusia 27 tahun mengungkap, istri dan anak-anaknya selamat dengan naik ke atap rumah. Tetapi banyak tetangga mereka yang tersapu oleh air banjir.

"Air datang seperti tsunami dan menghancurkan banyak hal. Kami bertahan di atap," kata Jose setelah diselamatkan dengan perahu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.