Sukses

Sehat Selama Hidup, Wanita Ini Alami 2 Kali Serangan Jantung dalam Seminggu

Hampir setengah abad, Jennifer Halvas tidak pernah mengalami sakit parah. Namun secara mendadak dalam seminggu, dia mengalami dua kali serangan jantung. Apa penyebabnya?

Liputan6.com, Jakarta Kesehatan seseorang memang tidak ada yang bisa menduga-duga. Orang yang sehat saja, seperti Jennifer Halvas asal Colorado, Amerika Serikat, tiba-tiba mendadak mengalami dua kali serangan jantung dalam seminggu.

Halvas mengatakan pada NBC 9 News, ketika dia sedang berlibur, dia merasakan rasa sakit di dada dan lengannya. Selain itu, dia juga mengalami sesak napas. Ketika pergi ke ruang gawat darurat, dia diberitahukan bahwa tidak ada masalah apa-apa. Namun keesokan harinya, dia mengalami nyeri dada yang lebih menyakitkan dan menyebar ke kedua lengan dan lehernya. Dia juga mengalami mual, sakit di rahang, dan muntah.

Dilansir dari Prevention pada Senin (4/3/2019), Halvas didiagnosis dengan diseksi arteri koroner spontan (spontaneous coronary artery dissection/SCAD). American Heart Association menyatakan, kondisi langka ini terjadi ketika sebuah robekan berkembang di salah satu arteri yang mengalirkan darah ke jantung. Hal ini bisa menyebabkan serangan jantung tiba-tiba.

Wanita 41 tahun itu diberikan obat untuk membantu gejala-gejalanya. Namun, seminggu setelah pulang ke rumah, dia mengalami serangan jantung lagi akibat pembuluh darahnya dan menutup. Lima tahun kemudian, Halvas masih melakukan pengobatan untuk mengendalikan gejala-gejalanya. Jika dia melewatkan satu dosis saja, kondisi tersebut bisa muncul lagi. 

 

Simak juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sulit ditangani

Ahli jantung dari Providence Saint John's Health Center di Santa Monica, California, Nicole Wenberg mengatakan, kondisi tersebut tidak sering terjadi. Jika satu situasi tidak ditangani dengan tepat, hal itu bisa semakin parah.

Jennifer Haythe dari Women's Center for Cardiovascular Health di Columbia University Irving Medical Center mengatakan, SCAD sangat sulit diobati.

"SCAD melibatkan pembelahan di dinding arteri dan seringkali kami tidak ingin menempatkan stent di arteri dengan SCAD karena bisa membelah dinding lebih parah," kata Haythe.

Weinberg mengatakan, SCAD tampaknya memiliki kaitan dengan komponen hormonal. Sehingga, bisa jadi ini secara tidak proporsional mempengaruhi perempuan yang mengalami menstruasi teratur atau post-parfum. Ada kemungkinan ini juga bisa terjadi pada wanita di usia 40 hingga 50-an. Selain itu, kondisi ini sulit didiagnosis karena beberapa perempuan seringkali terlihat sehat.

Haythe mengatakan, biasanya gejala dari kondisi ini meliputi nyeri dada, sesak napas, sakit punggung, mual dan muntah. Seringkali, mereka bisa muncul secara tiba-tiba.

Maka dari itu, jika Anda memiliki gejala-gejala tersebut, tetapi dokter mengatakan tidak ada yang salah dengan Anda, Weinberg merekomendasikan untuk tetap melakukan tes tertentu. Salah satunya adalah pemeriksaan jantung seperti EKG.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.