Sukses

Tindakan Operasi Jadi Pilihan Terakhir untuk Pasien Obesitas Sunarti

Tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan, tindakan operasi menjadi pilihan terakhir guna menangani Sunarti, pasien obesitas asal Karawang, Jawa Barat.

Liputan6.com, Bandung Tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan, tindakan operasi menjadi pilihan terakhir guna menangani Sunarti, pasien obesitas asal Karawang, Jawa Barat. Tindakan operasi berupa pembedahan bariatrik atau bedah lambung dilakukan jika seluruh program penurunan berat badan konvensionalnya tidak berhasil.

Menurut dokter spesialis konsultan bedah digestif (bedah pencernaan) RSHS Bandung, Reno Rudiman, bedah bariatrik merupakan upaya penurunan berat badan pada pasien obesitas dengan mengangkat atau mengurangi sebagian lambung pasien secara permanen. Langkah tersebut diharap dapat mengontrol asupan makan pasien obesitas. Reno menjelaskan dalam pelaksanaan tindakan operasi diperlukan alat khusus bernama stepler.

"Alat ini akan mengecilkan lambung pasien dengan memotong dua per tiga lambungnya. Hal ini dilakukan untuk mempercepat akselerasi penurunan berat badan yang diatas ambang normal atau obesitas," kata Reno, Bandung, Kamis, 7 Februari 2019.

Reno menegaskan, bedah bariatrik bisa menurunkan berat badan penderita obesitas seperti Sunarti secara drastis sekaligus menjadi obat untuk penyakit yang mengiringi kondisinya tersebut. Karena jelas Reno, penderita obesitas kerap disertai penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit lainnya.

Pada pelaksanaannya, operasi ini selain mengangkat sebagian lambung penderita obesitas dan menjadikan lambungnya berukuran kecil, juga untuk mengangkat sensor lapar pasien. Persiapan operasi tersebut, bisa dipersiapkan tim dokter dalam waktu kurang lebih sekitar dua minggu.

"Persiapan satu sampai dua minggu saja. Biasanya diet hanya seminggu. Setelah seminggu, dua minggu, baru tindakan," ujar Reno.

Untuk rekam medis pasien obesitas tambah Reno, harus tercatat dengan baik. Hal itu berguna agar seluruh riwayat kesehatan pasien tidak menjadi kendala saat tindakan operasi dilakukan.

Reno mencontohkan jika terdapat penyakit paru-paru yang luput terdeteksi, maka akan mengganggu proses pembiusan yang dapat berakibat fatal. Sama halnya dengan kondisi jantung, harus prima sepenuhnya.

"Kalau fungsi paru pas-pasan ketika dibius nanti collapse. Kemudian fungsi jantung, kekuatan jantung ini harus bagus kalau pas-pasan nanti ketika dibius pasti drop," jelas Reno. (Arie Nugraha) 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.