Sukses

Selain Bikin Semangat, Dengar Musik saat Berolahraga Tunda Rasa Lelah

Ketika mendengarkan musik, bagian otak yang terkait dengan rasa lelah ikut terpengaruh

Liputan6.com, Jakarta Mendengarkan musik saat berolahraga ternyata punya manfaat luar biasa. Selain membuat lebih bersemangat, melakukan itu bisa menunda rasa lelah saat melakukan latihan fisik.

Mengutip Medical Daily pada Minggu (3/2/2019), sebuah studi di 2018 menunjukkan manfaat tersebut. Temuan dari penelitian di Inggris mengungkap bahwa musik sesungguhnya mengaktifkan bagian tertentu di otak yang menunda perasaan lelah.

"Efek musik pada olahraga telah diselidiki secara sistematis lebih dari seratus tahun," kata peneliti dari Brunel University London, Marcelo Bigliassi.

"Dan kita masih belum sepenuhnya yakin bagaimana musik meningkatkan kinerja olahraga, menunda kelelahan, dan menimbulkan respon afektif positif."

Tim peneliti meminta 19 orang dewasa sehat untuk sebuah percobaan. Mereka diminta untuk berbaring di pemindai MRI, serta berolahraga dengan sebuah alat yang digenggam di tangannya. Mereka lalu melakukan 30 set latihan yang masing-masing berlangsung selama 10 menit

Selama beberapa set, para peneliti memainkan lagu dari tahun 1970 dengan judul "I Heard It Through the Grapevine" oleh Creedence Clearwater Revival. Saat para peserta mendengarnya selama olahraga, tim melihat perubahan menarik dalam aktivitas otak para partisipan.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jangan terlalu ketergantungan dengan musik

Otak tidak hanya menunjukkan tanda-tanda kegembiraan yang meningkat, tapi juga peningkatan di bagian pikiran yang tidak terkait dengan tugas-tugasnya.

Gyrus frontal kiri bawah, bagian otak yang memproses informasi dari sumber eksternal dan internal, ditemukan aktif sebagai respon dari musik yang dimainkan. Semakin aktif bagian ini, semakin sedikit peserta yang terlihat kelelahan.

Bigliassi berpendapat, temuan ini mungkin memiliki beberapa implikasi prakits. Misalnya untuk melihat ke bentuk stimulasi serupa, yang membantu mencegah indvidu berisik tinggi (seperti orang dengan obesitas) berhenti selama kegiatan fisik.

Namun, di saat yang sama, dia menekankan bahwa orang tidak boleh terus menerus menggunakan musik sebagai penopang untuk semua jenis aktivitas di kehidupan kita.

"Ini karena, sebagai manusia, kita terus-menerus berusaha melarikan diri dari kenyataan dan juga, melarikan diri dari semua bentuk ketidaknyamanan atau rasa sakit secara fisik."

Selain itu, penggunaan stimulasi pendengaran dan visual yang konstan serta tidak dibutuhkan, bisa mengurangi kemampuan seseorang untuk memproses kelelahan secara alami. Sehingga, sebagai generasi muda, kita harus belajar memungkinkan otak untuk menghadapi perasaan tersebut, tanpa adanya musik.

Studi ini berjudul "Cerebral effects of music during isometric exercise: An fMRI study" dan dipublikasikan di International Journal of Psychophysiology.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.