Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Apa Tanda Seorang Pria Subur?

Pria dikatakan subur jika sperma yang dihasilkan saat berhubungan seks mencapai 15 juta per milimeter.

Liputan6.com, Jakarta Pengantin baru yang merencanakan punya anak dianjurkan mengecek kesehatan sperma terlebih dahulu. Sebab, mau sesering apa pun berhubungan seks nantinya, tidak akan berbuah apa pun kalau kondisi sperma tak sehat.

Menurut salah seorang dokter dari Klik Dokter, dr Nabila Yovita, seperti dikutip Health Liputan6.com pada Kamis, (3/1/2019) kesehatan sperma ditentukan oleh berbagai hal. Mulai dari jumlah, pergerakan, serta struktur.

Nabila, menjelaskan, seorang pria dikatakan subur apabila dalam sekali ejakulasi, cairan yang keluar mengandung semen dengan jumlah minimal sperma 15 juta per milimeter.

"Jika kurang dari angka itu, pembuahan akan sulit terjadi karena kandidat sperma yang dapat membuahai ovum atau sel telur terlalu sedikit," katanya.

Lebih lanjut, sperma harus bergerak melalui leher rahim, lalu ke saluran indung telur biar bisa membuahi sel telur. Pergerakan ini disebut sebagai motilitas.

"Seorang pria dianggap subur jika minimal 40 persen dari sperma bergerak mencapai tujuan," ujar Nabila.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Struktur Sperma yang Sehat

Nabila kemudian menjelaskan soal struktur sperma yang sehat. Normalnya, memiliki kepala berbentuk oval serta ekor yang panjang, yang secara bersamaan bergerak maju. Hal ini tak sepenting faktor jumlah dan pergerakan tapi semakin banyak sperma dengan struktur dan bentuk yang normal, semakin besar kemungkinan seorang pria dikategorikan subur.

 

3 dari 3 halaman

Gangguan Kesuburan pada Pria

Lantas, apa saja penyebab gangguan kesuburan pada pria? Beberapa di antaranya:

- Gangguan pada hipotalamus, yaitu bagian dari otak yang memerintahkan testis untuk memproduksi hormon testosteron dan spema (atau disebut dengan hipogonadisme sekunder).

- Adanya gangguan pada testis

- Kelainan pada “transportasi” sperma

- Usia.

- Kemampuan sperma untuk bergerak dan masih pada jumlah optimalnya cenderung menurun, terutama setelah usia 50 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini