Sukses

Suka Menyendiri Pertanda Orang Cerdas

Sebuah penelitian mengungkapkan, orang cerdas tidak terlalu nyaman saat bersosialisasi dengan teman-temannya.

Liputan6.com, Jakarta Orang biasanya lebih senang jika berkumpul bersama teman-teman mereka. Namun, sebuah penelitian menyatakan hal itu belum tentu berlaku bagi mereka yang memiliki kepintaran lebih dari yang lain atau orang cerdas.

Mengutip Bussiness Insider Singapore pada Kamis (20/12/2018), penelitian yang dipimpin oleh para psikologi di Singapore Management University dan London School of Economics menemukan tentang hal ini. Umumnya, orang akan lebih bahagia ketika menghabiskan waktu bersama teman-temannya, kecuali orang cerdas.

Para peneliti menarik kesimpulan ini setelah melakukan dua penelitian. Keduanya melihat data dari National Longitudinal Study of Adolescent Health, yang melibatkan wawancara dengan lebih dari 15 ribu orang antara 18 hingga 28 tahun di 2001 dan 2002.

 

 

Simak juga video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dua penelitian

Untuk studi pertama, para peneliti melihat hubungan antara tiga faktor: skor peserta pada tes kecerdasan, kepadatan populasi di area tempat tinggal, dan seberapa puas peserta dengan kehidupan mereka.

Hasilnya menunjukkan, orang-orang umumnya lebih bahagia ketika berada di area yang berpenduduk lebih sedikit. Kecuali untuk orang yang memiliki kecerdasan tinggi.

Untuk studi kedua, para peneliti melihat hubungan antara skor IQ peserta, kepuasan hidup, serta seberapa sering sosialisasi dengan teman-teman. Semakin banyak waktu yang mereka habiskan untuk bersosialisasi, mereka semakin bahagia. Terkecuali orang yang pintar.

"Individu yang lebih cerdas mengalami kepuasan hidup yang lebih rendah ketika sosialisasi lebih sering dengan teman-temannya," tulis para peneliti dikutip dari ncbi.nlm.nih.gov.

 

3 dari 3 halaman

Orang cerdas lebih mudah beradaptasi

Para peneliti mengaitkan hal tersebut dengan teori kebahagiaan savana. Yakni otak manusia menanggapi "konsekuensi leluhur" dari lingkungannya, yang berwujud pada kesejahteraan yang bervariasi.

Kembali di masa lalu, saat nenek moyang kita masih berburu, menghabiskan waktu dengan orang lain penting untuk bertahan hidup.

Namun, mengutip dari Reader's Digest, beberapa orang dengan IQ yang lebih tinggi tidak mengikuti norma itu. Beberapa ilmuwan meyakini inilah mengapa orang otak cerdas lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tidak biasa. Seperti sendirian atau tinggal di komunitas yang padat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.