Sukses

Penis Pendek Bikin Sulit Punya Anak?

Hasil penelitian soal ukuran penis memengaruhi kemampuan punya anak membuat para ahli kesehatan yang lain bertanya-tanya kebenarannya.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian mendapatkan hasil bahwa ukuran penis memengaruhi kemampuan seorang pria memiliki anak. Kata penelitian ini, semakin pendek ukuran penis maka pria sulit memiliki anak. Namun, penelitian tersebut membuat para ahli kesehatan yang lain bertanya-tanya kebenarannya.

Penelitian itu dipimpin urolog, Austen Slade dari University of Utah, Amerika Serikat. Timnya mengukur 815 penis pria usia 18-59 tahun yang memeriksakan diri ke klinik kesehatan pada 2014 dan 2017.

Beberapa pria memeriksakan diri karena khawatir dengan kesuburan mereka, sedangkan yang lain karena alasan lain seperti disfungsi ereksi.

Pada penelitian yang berjudul Stretched Penile Length and Infertility, a New Association itu, menyebutkan panjang penis laki-laki ketika direntangkan untuk mereplikasi ukuran ereksi mempengaruhi kemampuannya untuk berkembang biak.

Secara khusus, pria dengan ukuran penis rata-rata sekitar 12,3 sentimeter - atau sekitar 4,8 inci - memiliki kesulitan memiliki anak ketika dibandingkan dengan pria dengan penis yang berukuran 13,4 sentimeter, atau lebih dari 5,2 inci seperti dilansir Healthline, Senin (22/10/2018).

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peneliti lain: Studi ini tak masuk akal

Hasil temuan tersebut membuat para ahli yang tak ikut dalam studi ini mengatakan penelitian ini memiliki sejumlah kelemahan. Lalu, bisa mendorong pria melakukan tindakan medis yang tidak perlu.

Salah satu kelemahan utama adalah penelitian itu tidak ditelaah atau dipublikasikan dalam jurnal medis. Sebaliknya, temuan penelitian tersebut dipresentasikan awal bulan ini selama sesi poster di sebuah konferensi untuk American Society for Reproductive Medicine di Denver, Amerika Serikat. 

"Ada sejumlah faktor - ukuran sampel, distribusi sampel, ukuran hasil, - yang dapat digunakan untuk menentukan validitas penelitian dan dibuatnya kesimpulan," kata Daniel Kort, yang bersertifikat ganda dalam kebidanan dan kandungan, serta endokrinologi reproduksi dan infertilitas kepada Healthline.

Menurut Kort, belum ada penelitian lain yang meneliti teori keseragaman ukuran. Tak hanya itu, sperma juga dihasilkan pada testis, bukan penis.

Dr. Paul Turek, ahli urologi bersertifikat dan ahli kesehatan dan kesuburan seksual pria serta pendiri dan direktur Klinik Turek di Los Angeles, San Francisco, dan Silicon Valley, memiliki kekhawatiran serupa.

Menurutnya penelitian itu terlalu banyak bias, serta mengabaikan peran wanita. Karena wanita juga bisa menjadi alasan tidak memiliki anak. "Di luar masalah integritas ilmiah, ini tidak masuk akal secara biologis," kata Turek.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.