Sukses

Karma, Pria Tua Kena Sakit Langka Setelah Makan Otak Tupai

Sebuah laporan menyebutkan tentang kasus pemburu yang terkena penyakit langka karena makan otak tupai.

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria di New York, Amerika Serikat mengalami penyakit langka yang fatal di otak akibat memakan otak tupai. Hal tersebut dilaporkan dalam sebuah presentasi ilmiah terbaru.

Melansir Live Science pada Selasa (16/10/2018), pada 2015, pria 61 tahun tersebut dibawa ke rumah sakit di Rochester, New York, setelah mengalami penurunan kemampuan berpikirnya dan kehilangan kontak dengan realitas. Laporan tersebut juga menyebutkan, pria itu kehilangan kemampuan untuk berjalan sendiri.

Hasil MRI kepala pria itu mengungkapkan sebuah temuan yang mengejutkan. Pemindaian otaknya tampak mirip dengan yang terlihat pada orang yang terkena penyakit langka Creutzfeldt- Jakob (vCJD). Kondisi otak ini disebabkan oleh protein menular yang disebut prion.

Hanya ada beberapa ratus kasus vCJD yang pernah dilaporkan. Sebagian besar terkait dengan konsumsi daging sapi yang terkontaminasi di Inggris pada periode 1980-an dan 1990-an. Pada sapi, penyakit ini biasa disebut "penyakit sapi gila".

Menurut Dokter Residen dr. Tara Chen di Rochester Regional Health yang juga penulis laporan tersebut, pria tersebut memiliki kebiasaan berbeda yang meningkatkan risiko terkena penyakit langka itu. Keluarganya mengatakan dia suka berburu dan memakan otak tupai.

Tidak jelas apakah pria itu mengonsumsi seluruh otak tupai atau hanya daging yang terkontaminasi dengan sebagian otaknya.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dialami Satu dari Sejuta

Chen, yang tidak merawat pasien itu, menemukan kasus tersebut saat menulis laporan mengenai dugaan kasus penyakit Creutzfeldt-Jakob yang terlihat di rumah sakitnya dalam lima tahun terakhir.

Laporan itu dipresentasikan pada 4 Oktober di IDWeek, sebuah pertemuan beberapa organisasi yang berfokus pada penyakit menular.

Chen mengatakan pada Live Science, penyakit yang melemahkan ini berkembang dengan cepat dan menyebabkan kematian. Biasanya satu tahun setelah diagnosis. Tidak ada perawatan atau penyembuhan untuk kasus ini.

Menurut National Institutes of Health, gangguan neurologis progresif ini hanya mempengaruhi sekitar 1 dari sejuta orang setiap tahunnya di seluruh dunia.

Penyakit ini disebabkan oleh protein prion yang melipat secara tidak normal. Hal tersebut menyebabkan lesi di otak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.