Sukses

Wapres JK Ajak Seluruh Negara Bersatu Lawan Penyakit TBC

Tiga poin untuk melawan penyakit TBC disampaikan Wapres Jusuf Kalla (JK) di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York City, Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta Selain menggalakkan perdamaian, termasuk pencegahan, menghindari kembalinya konflik, dan perciptaan perdamaian setelah konflik, Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK menyerukan agar dunia mau bahu-membahu melawan penyakit tuberkulosis (TBC)

JK mengatakan, tren TBC belakangan kembali meningkat.

"Sekarang ini kelihatannya ada trennya, dunia harus bersatu kembali untuk menyelesaikan ini (tuberkulosis)," kata JK usai berbicara dalam Panel Tingkat Tinggi di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) New York, Amerika Serikat, Rabu waktu setempat seperti dilansir Antara, Kamis (27/9/2018).

Penyakit yang menjadi pembunuh nomor 4 di dunia tersebut, menurut Wapres lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti lingkungan dan kemiskinan.

Saat berbicara dalam panel tingkat tinggi yang pertama kalinya diselenggarakan di PBB tersebut, JK mengharapkan agar forum itu dapat dihasilkan misi yang pragmatis, konkret, dan ditargetkan untuk dapat menghilangkan penyakit tersebut.

JK menuturkan, lebih dari 5.000 orang meninggal akibat TBC setiap hari. Namun, tuberkulosis dapat dicegah dan diobati. Dia juga mengkhawatirkan, penyakit tersebut semakin resisten terhadap obat. Oleh karena itu, pertemuan PBB tentang tuberkulosis pertama kali ini tepat waktunya.

"Kita harus menghasilkan tanggapan yang kuat dan komprehensif untuk mengakhiri penyakit ini," kata JK.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tiga Hal untuk Perangi TBC

Dalam kesempatan tersebut, JK menegaskan tiga hal :

1. Setiap negara harus menerapkan secara konkret strategi nasionalnya masing-masing untuk mengakhiri tuberkulosis. Pemerintah menargetkan dapat menghilangkan tuberkulosis pada 2030 dan mencapai Indonesia bebas tuberkulosis pada 2050.

2. Harus ada upaya yang lebih terpadu untuk memperkuat kapasitas untuk deteksi dini kasus tuberkulosis, khususnya kasus baru yang melibatkan galur yang resisten terhadap obat-obatan.

3. Harus ada akses yang lebih besar dan setara dengan layanan kesehatan berkualitas untuk masyarakat umum.

Sementara itu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan untuk pemberantasan tuberkulosis tidak bisa dilakukan sendiri, tapi perlu kerja sama dengan berbagai negara.

"Seperti terkait penyediaan obat berkualitas dan murah yang terjangkau oleh penderita," katanya.

Penulis : Iqbal Fadil/Dream.co.id

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini