Sukses

Secara Medis, Ini Penanganan Terapi Stroke yang Tepat

Bagi pasien stroke ada terapi secara medis untuk meningkatkan kualitas hidup.

Liputan6.com, Jakarta Demi memulihkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien stroke, ada serangkaian terapi medis yang bisa dilakukan. 

"Terapi untuk pasien stroke yang sampai saat ini kami lakukan sesuai guidelines (panduan) dari Asosiasi Stroke Indonesia dan Luar Negeri. Kalau pasien kena stroke itu harus rekanalisasi--pembukaan kembali pembuluh darah yang tersumbat. Buka sumbatan otaknya," jelas dokter spesialis saraf Mohammad Kurniawan di Jakarta Pusat ditulis Jumat (21/9/2018).

Ada juga terapi trombolitik--penggunaan obat-obatan untuk menghancurkan atau melarutkan gumpalan darah. Kendala yang terjadi, terapi cara ini waktunya terbatas.

"Terbatas itu maksudnya, terapi hanya bisa dilakukan 24 jam pertama sejak pasien kena stroke," tutur Kurniawan usai acara pemaparan hasil studi XANAP tentang penggunan Rivaroxaban.

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rehabilitasi

Solusi lain untuk perawatan pasien stroke adalah rehabilitasi. "Kalau telanjur stroke atau lumpuh separuh badan bisa dilakukan fisioterapi. Masa golden period (periode emas) paling bagus adalah 6 bulan pertama sejak kena serangan stroke. Pasien pun harus rajin datang (ke tempat) rehabilitasi," kata Kurniawan menambahkan.

Sebagian besar penderita stroke menerima pengobatan dalam program rehabilitasi. Dokter akan merekomendasikan program terapi yang paling ketat sesuai usia, kesehatan, dan tingkat kecacatan dari stroke yang dialami.

Dilansir dari Mayo Clinic, rehabilitasi bisa dimulai selama pasien dirawat atau setelah pulang.

3 dari 3 halaman

Pencegahan

Walau ada tindakan terapi, Kurniawan mengingatkan yang paling penting menjaga kesehatan agar tidak kena stroke.

Hal itu khususnya ditujukan pada pasien yang punya fakor risiko stroke, seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan gangguan irama jantung (atrium fibrilasi).

"Faktor pemicu stroke itu harus ditangani dan dikendalikan secara baik. Jangan sampai menunggu serangan stroke terjadi," tambahnya.

Gaya hidup sehat olahraga teratur dan pola makan sehat bisa dilakukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.