Sukses

Ngerinya Si Anjing Gila

Vaksin Anti Rabies (VAR) melindungi anjing sebagai pembawa virus rabies sekaligus menyelamatkan manusia dari penularan rabies.

 

Liputan6.com, Jakarta Gigitan Bendo, anjing kesayangan Sri Ratna Dewi menyebabkan tangan kanannya terluka sampai berdarah. Tanpa menunggu lama, ia langsung pergi ke rumah sakit terdekat. Ratna, begitu dia sapa, mendapatkan perawatan dan diberi Vaksin Anti Rabies (VAR). Pemberian vaksin untuk mencegah Ratna terkena rabies.

Kejadian gigitan anjing Bendo, diunggah Ratna di Grup Facebook Bali Dog Lover [K] pada Rabu, 29 Agustus 2018. Wanita yang tinggal di Karangasem Almapura, Nusa Tenggara Barat (NTB) menceritakan anjing jantan itu baru dibelinya beberapa hari lalu.

“Saya baru beli juga sekitar tiga hari lalu. Baru satu hari, dimasukin kandang. Enggak tahunya dia kabur dari kandang. Mau coba tangkap eh tangan saya digigit,” cerita Ratna kepada Health-Liputan6.com lewat sambungan telepon pada Kamis, 30 Agustus 2018.

Ratna membeli sepasang anjing berbeda jenis. Satu anjing betina berjenis shihtzu mix sudah jinak, sedangkan Bendo, si anjing jantan belum jinak. Penjual anjing pun tak menyampaikan kepada Ratna, kalau anjing pom mix itu belum jinak dan galak.

Setelah digigit Bendo, Ratna langsung pergi ke Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit terdekat. Sebelum diberi Vaksin Anti Rabies (VAR), tangan kanan dicuci, lalu diberi antiseptik povidone-iodine.

Untuk mempercepat proses penyembuhan luka gigitan, Ratna juga diberi obat oral. Ratna juga perlu berkonsultasi ke dokter di poli saraf. Hal ini perlu dilakukan karena luka gigitan anjing termasuk dalam.

Tulisan Pertama: Inovasi Unik Perangi Rabies di Kota Makassar

Ketakutan Ratna soal rabies akibat gigitan anjingnya tidak membuatnya panik. Sepasang anjing yang dibelinya ini sudah divaksin seminggu lalu oleh pemilik terdahulu.

“Tenang saja. Ini enggak rabies kok. Kata penjualnya, anjingnya sudah divaksin seminggu lalu oleh pemiliknya. Jadi, enggak apa-apa,” lanjut Ratna, ditulis Selasa (4/9/2018).

Tulisan Kedua: Menyingkap Tabir Eliminasi Anjing Liar Pembawa Rabies

Menilik kejadian Ratna digigit anjing, upaya pencegahan tetap harus dilakukan saat terkena gigitan. Meski anjing sudah divaksin, seseorang yang digigit perlu mendapat Vaksin Anti Rabies.

Dalam konferensi pers “Pengendalian Rabies di Indonesia” pada 23 Agustus 2018, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI, Elizabeth Jane Soepardi mengatakan, vaksinasi bukan hanya buat hewan (anjing) saja, manusia juga perlu divaksin agar tak kena rabies.

 

 

Artikel ini merupakan liputan khusus Jurnalis Liputan6.com dalam menyambut peringatan Hari Rabies Sedunia 2018 pada 28 September. Seluk-beluk Vaksin Anti Rabies (VAR) untuk anjing dan manusia adalah tulisan bagian KETIGA (TERAKHIR) dari tiga rangkaian tulisan dengan topik "Pengendalian Rabies di Indonesia." 

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cuci pakai air dan sabun

Jane mengungkapkan, pertolongan awal bila telanjur digigit anjing, yakni bagian tubuh yang digigit harus dicuci dengan air bersih dan sabun. Penggunaan sabun dapat membuat virus rabies mati. 

Kemudian individu yang kena gigitan anjing bisa pergi ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut. Lalu, Vaksin Anti Rabies untuk manusia dapat diberikan.

Upaya mencuci bagian tubuh dengan air dan sabun juga disampaikan Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Fadjar Sumping, sabun termasuk disinfektan untuk mencegah bagian luka gigitan terinfeksi.

“Sabun yang digunakan apa saja. Deterjen juga bisa. Yang pasti kalau air dan sabun mudah didapat. Luka bisa juga dibersihkan menggunakan alkohol,” ujar Fadjar saat ditemui di Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Berdasarkan informasi Frequently Asked Questions on Rabies, yang diterbitkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), setelah digigit anjing, bagian yang luka harus dicuci dan segera dibasuh sabun dan air selama 10–15 menit. Jika sabun tidak tersedia, basuh dengan air saja. Cara ini termasuk pertolongan pertama yang paling efektif melawan rabies.

Luka gigitan anjing harus dibersihkan secara menyeluruh dengan 70 persen alkohol, etanol atau povidone-iodine bila tersedia. Sesegera mungkin membawa individu yang kena gigitan anjing ke fasilitas kesehatan untuk perawatan lebih lanjut.

Dalam perawatan, antimikroba-- zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri--harus diresepkan untuk mencegah kemungkinan infeksi bakteri.

3 dari 4 halaman

Anjing penggigit jangan langsung dibunuh

Ketika menggigit manusia, anjing penggigit sebaiknya tidak langsung dibunuh. Anjing tersebut harus ditangkap untuk diperiksa dan diambil sampel, apakah anjing terkena rabies atau tidak. Petugas laboratorium akan memeriksa anjing tersebut.  

Jika anjing penggigit negatif dari rabies, maka petugas memberikan vaksin anti rabies. Namun, bila anjing penggigit positif rabies, ia akan mati sendiri kurang dari 10 hari. VAR mampu membentuk antibiodi pada anjing dan manusia untuk mencegah kena rabies.

“Air liur anjing berbahaya karena virus rabies menular lewat air liur. Ketika anjing kena rabies, virus itu menjalar ke saraf dan otak. Masa inkubasi rabies pada anjing bisa 2-3 minggu. Kalau anjing mengggigit, jangan dimatikan. Petugas akan observasi dan melakukan pemeriksaan otak anjing, rabies atau tidak,” Fadjar menjelaskan.

Lama waktu bisa terjadi, anjing yang positif rabies akan mati dalam dua minggu. Ini karena virus rabies sudah mencapai otak anjing. Anjing positif rabies pun tidak punya harapan hidup lebih lama. Pada anjing lain, vaksin anti rabies termasuk cara efektif mendapatkan kekebalan minimal 70 persen.

“Vaksinasi jadi upaya anjing tidak kena rabies. Program vaksinasi massal untuk anjing dilakukan dan menyasar pada anjing liar. Tapi tidak mudah karena anjing sulit ditangkap.  Satu kali disuntik oke, nanti disuntik kedua kali, anjingnya susah ditangkap,” lanjut Fadjar.

Untuk vaksinasi massal, petugas memetakan daerah lokasi yang dituju. Hal ini mengetahui jumlah peningkatan populasi anjing, khususnya anjing liat. Ketersediaan VAR untuk anjing sangat mencukupi hingga saat ini.

4 dari 4 halaman

Kasus rabies dan gigitan anjing

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik mencatat kasus rabies tersebar di 25 provinsi di Indonesia.

Hingga saat ini, hanya 9 provinsi yang bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua, dan Papua Barat.

Rabies atau penyakit anjing gila disebabkan oleh virus dari genus Lyssavarius. Penyakit ini biasanya dibawa oleh anjing atau kucing melalui gigitan atau air liur.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2013 menyebutkan, setiap tahun rata-rata ada 55.000 korban meninggal karena rabies. Sebanyak 95 persen dari jumlah tersebut terjadi di Asia dan Afrika. Sekitar 30 hingga 60 persen korban adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Gejala rabies pada manusia juga perlu diperhatikan.

“Gejalanya demam, tidak nafsu makan, takut cahaya, dan takut suara. Masa inkubasi pada manusia 2-3 bulan setelah gigitan. Virus rabies masuk melalui luka gigitan, lalu menjalar ke saraf dan otak,” Jane menambahkan.

Masa inkubasi pun dapat terjadi cepat, tergantung lokasi gigitan. Jika gigitan berada di area dekat kepala, seperti wajah dan leher, maka penyebaran virus rabies bisa terjadi dalam beberapa hari saja. Kalau gigitan di kaki, masa inkubasi bisa 1-2 minggu.

Kasus rabies tertinggi di Indonesia pada tahun 2017 adalah Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat dengan masing-masing 22 orang, Sulawesi Utara 15 orang, Sumatera Utara 11 orang, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) 10 orang.

Sementara itu, kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) sepanjang 2011-2017 yang dilaporkan di Indonesia ada 500.000 kasus, yang di antaranya 836 kasus positif rabies pada manusia. Kasus GHPR rata-rata per tahun sebanyak 76.000 kasus dan kematian akibat rabies pada manusia sebanyak 100 orang. Kasus-kasus tersebut belum sepenuhnya tercatat karena ada sebagian orang yang digigit anjing tidak melaporkan kejadiannya.

“Terkadang kejadian digigit anjing enggak mau melapor. Kesadaran melapor enggak semua tahu. Setelah digigit ya diam saja. Ketika gejala muncul, terlambat ditangani. Sebaiknya setelah digigit anjing, langsung periksa anjing dan gigitan. Pastikan itu bukan anjing gila,” papar Jane.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.