Sukses

Lakukan Inovasi Kesehatan, Teluk Bintuni Harumkan Indonesia di Kancah Dunia

Inovasi bidang pengendalian malaria yang dilakukan pemerintah, warga dan pihak swasta Kabupaten Teluk Bintuni sabet Penghargaan PBB.

Liputan6.com, Teluk Bintuni Inovasi bidang pengendalian penyakit malaria yang dilakukan pemerintah, warga dan pihak swasta Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat lewat program Early Diagnosis and Treatment (EDAT) sabet penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Program EDAT yang dijalankan di Bintuni meraih juara dalam Penghargaan PBB untuk Pelayanan Publik (United Nation Public Service Award) di Wilayah Asia Pasifik. Pengumuman prestasi ini diketahui pada pertengahan tahun ini dalam forum PBB yang dilakukan di Maroko.

Penghargaan PBB yang diterima Teluk Bintuni disambut antusiasi oleh semua kalangan. Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek pun menyampaikan apresiasi terhadap program EDAT yang sudah berjalan dari 2005 ini.

"Saya rasa EDAT ini tepat untuk mendapatkan penghargaan dari dunia karena melibatkan masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan di sekitarnya," kata Nila di Kantor Dinas Kesehatan Teluk Bintuni, Papua ditulis Jumat (31/8/2018).

Bupati Teluk Bintuni, Petrus Kasihiw pun mengungkapkan betapa bangganya dia bisa mewakili Indonesia untuk menerima penghargaan internasional ini.

"Saya saya bangga dan terharu ketika menerima penghargaan ini. Karena selain mengharumkan nama bangsa, kami juga menyelamatkan jiwa-jiwa manusia dari malaria," kata Petrus di kesempatan yang sama.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa itu EDAT?

Malaria merupakan salah satu penyakit yang kerap melanda masyarakat di Papua, termasuk Teluk Bintuni. Beragam cara dilakukan untuk mengatasi malaria, sebelum 2005 sudah ada program pencegahan malaria, tapi tidak berhasil.

"Saat itu tidak berhasil, jadi kemudian dilakukan pendekatan lain yang melibatkan masyarakat lewat program EDAT ini," kata Petrus.

Pemerintah kemudian meminta di setiap kampung yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan ada satu orang bertugas sebagai juru malaria kampung. Orang-orang ini bertugas mengecek kesehatan orang yang memiliki ciri-ciri malaria seperti demam, mual, tidak nafsu makan. Lalu, mereka akan melakukan tes menggunakan alat yang hasilnya bisa diketahui dalam hitungan menit.  Jika hasil tes menunjukkan positif malaria, juru malaria kampung akan meminta pasien tersebut menimbang berat badan.

Pemberian obat akan merujuk pada berat badan pasien. Juru malaria kampung tak perlu takut memberikan obat, karena sudah dikemas ulang dengan sistem warna sehingga memudahkan pemberian obat.

 

3 dari 3 halaman

Kasus malaria turun drastis

Perlahan tapi pasti program EDAT yang melibatkan peran serta pemerintah, swasta, dan masyarakat membuahkan hasil. Sistem pemeriksaan dan pemberian obat secata cepat dan tepat ini berhasil menurunkan angka malaria di Teluk Bintuni.

Pada 2009, ada 114 orang per 1000 penduduk terkena malaria, lalu pelan-pelan angkanya menurun. Terlihat perubahan signifikan pada 2011 yakni hanya 10 per 1000 orang yang terkena malaria. Januari sampai Juni 2018, kurang dari 1 per 1000 orang yang terkena malaria.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.