Sukses

Pernikahan Membuat Kesehatan Mental Membaik atau Memburuk?

Pernikahan adalah keputusan yang bisa mengubah hidup, dan ternyata, ada hubungan antara perkawinan dengan kesehatan mental seseorang.

Liputan6.com, Jakarta Pernikahan adalah sebuah keputusan sekali seumur hidup. Perlu kesiapan, usaha dan bekal ilmu untuk menjalaninya. Keputusan untuk menikah selayaknya juga diiringi dengan kesiapan lahir dan batin. Tidak hanya kesiapan secara fisik dan finansial, kesiapan tersebut juga mencakup kesiapan secara mental, emosional, dan spiritual.

Kesiapan secara mental baik dari diri kita maupun pasangan sangat penting untuk digali dan dibekali. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada pernikahan yang kita jalani. Ketidaksiapan dan butanya kita terhadap kesehatan mental akan berdampak pada mentalitas dan emosional kita maupun pasangan ketika menikah.

Mental dan emosional yang tidak stabil cenderung membawa dampak kurang baik dalam pernikahan, misalnya komunikasi tidak berjalan lancar, mudah merasa cemas berlebihan, posesif, penganiayaan, emosi tidak stabil, dan panik dalam menghadapi perubahan peran serta tanggung jawab dalam pernikahan.

Tidak jarang, kondisi ini berujung pada perceraian, menurunnya kesehatan mental satu atau kedua belah pihak, bahkan memicu timbulnya depresi hingga keinginan untuk bunuh diri.

Tidak ada yang tahu kemungkinan kita atau pasangan tanpa sadar melakukan tindakan penganiayaan. Kita tidak pernah tahu seberapa besar kemungkinan kita dan/atau pasangan memiliki gangguan mental seiring berjalannya pernikahan.

Kita tidak pernah tahu bagaimana pernikahan membawa kita pada titik terendah dalam hidup. Kita tidak pernah tahu bagaiamana alam semesta ini menguji seberapa kuat kita bertahan dengan pasangan dalam payung pernikahan. Tidak ada yang tahu.

Lalu, apa yang sebaiknya kita siapkan dari diri kita maupun pasangan untuk siap mental dan emosional menuju pernikahan?

1.       Ajukan pertanyaan pra-nikah mengenai pentingnya kesehatan mental

Ada baiknya menanyakan kepada diri sendiri dan pasangan kita tentang :

  • Bagaimana persepsi kita dan pasangan terhadap kesehatan mental?

Menurut studi terbaru, masalah kesehatan mental dapat mempengaruhi satu dari setiap empat orang selama hidup mereka, dengan mengubah fungsi, perilaku, dan pola berpikir mereka. Untuk itu, kita tidak bisa menutup mata dan telinga terhadap isu-isu dan permasalahan kesehatan mental karena akhir-akhir ini pun isu kesehatan mental meningkat tajam dan mulai mengkhawatirkan di hampir setiap bagian dunia.

Walaupun, di Indonesia sendiri sebagai negara berkembang, hingga saat ini isu kesehatan mental masih dianggap sebagai ranah yang terlantar. Namun, hal tersebut sebaiknya tidak mempengaruhi kita dan pasangan terhadap kesadaran dan keterbukaan kita terhadap pentingnya kesehatan mental.

 

 

 

Saksikan juga video menarik berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa yang Harus Dilakukan?

  • Apa yang dilakukan ketika nantinya salah satu atau kedua belah pihak memiliki gangguan kesehatan mental?

Tidak banyak dari pasangan yang akan menikah telah benar-benar mempersiapkan mental mereka apabila terdapat kemungkinan salah satu atau kedua belah pihak mengalami gangguan kesehatan mental. Mungkin saja karena tekanan lingkungan, pekerjaan, faktor bawaan, atau pemicu lainnya yang dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan mental selama pernikahan.

Untuk itu, kita perlu terbuka dan mempersiapkan diri sendiri serta pasangan dengan cara berkomunikasi dan berdiskusi mengenai kemungkinan tersebut dan bagaimana cara mengatasinya.

  • Seberapa penting persepsi kita dan pasangan untuk mencari bantuan profesional ketika mengalami gangguan kesehatan mental?

Apabila kita atau pasangan memang memiliki kemungkinan besar untuk muncul gangguan kesehatan mental maka diskusikan dengan pasangan mengenai pendapat satu sama lain tentang mencari bantuan ke profesional seperti psikolog atau psikiater.

Sebuah studi melaporkan bahwa tidak banyak dari pasangan menikah yang mengalami gangguan kesehatan mental yang memutuskan untuk mencari bantuan profesional. Hal ini dikarenakan stigma negatif yang berkembang di masyarakat bahwa datang ke psikolog/psikiater adalah orang yang tidak ‘waras’. Untuk itu penting bagi kita dan pasangan untuk membangun persepsi bahwa mencari bantuan profesional itu penting.

3 dari 4 halaman

Kesehatan Mental Itu Penting

2. Bekali diri dan pasangan dengan kesadaran bahwa kesehatan mental itu penting

Sebelum melangsungkan pernikahan, ada baiknya kita dan pasangan membekali diri dengan ilmu-ilmu yang sekiranya perlu untuk menyadarkan diri bahwa menuju pernikahan itu juga membutuhkan mental yang siap dan sehat. Tidak ada salahnya untuk mengikuti kelas pra-nikah yang berfokus pada kesiapan mental dan emosi, bagaimana berperilaku apabila salah satu atau kedua belah pihak sedang dalam tekanan.

Mengikuti workshop pra-nikah yang fokus pada pelatihan keterampilan komunikasi yang sistematis untuk meningkatkan pemecahan masalah jika terjadi konflik dalam sebuah hubungan.

Menurut studi yang dilakukan oleh University of Nevada, mengikuti program persiapan pernikahan yang berorientasi pada perilaku dan keterampilan dapat merubah cara kita berperilaku yang membantu mencegah munculnya disfungsi pernikahan (marital dysfunction).

Dengan membekali diri mengenai pentingnya kesiapan mental dalam menuju pernikahan, kita diharapkan mampu untuk mencintai pasangan kita selayaknya mereka sebagai manusia yang butuh dicintai. Menerima sisi-sisi kemanusiaan pasangan adalah bentuk kesiapan kita menuju pernikahan.

Mengizinkan diri kita serta pasangan untuk mengungkapkan emosinya tanpa penghakiman. Berpikir lebih terbuka dan berpandangan luas terhadap segala sesuatu adalah bentuk lain dari kesadaran dan kesiapan diri kita dan pasangan menuju pernikahan.

***

4 dari 4 halaman

Duduk Bersama dan Bicarakan

Pernikahan merupakan sebuah keputusan yang diharapkan bagi setiap orang untuk membawa kebahagiaan lahir dan batin. Pernikahan sejatinya mampu membawa pengaruh positif terhadap psikologis, sosial, dan ekonomi seseorang, asalkan kedua belah pihak sama-sama memiliki kesiapan dan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan fisik maupun mental.

Bagi siapapun dari pembaca yang berencana untuk menikah, tidak ada salahnya untuk kembali duduk bersama dengan pasangan dan berdiskusi mengenai seberapa paham kita tentang kesiapan dan kesehatan mental. Komunikasi dan utarakan secara jujur mengenai isu-isu kesehatan mental dengan pasangan.

Selanjutnya bersama-sama berkomitmen untuk fokus terhadap pemecahan masalah, terutama masalah kesehatan mental. Dengan begitu, setidaknya kita bisa sedikit menghindari dan mencegah masalah atau gangguan kesehatan mental yang mungkin muncul selama pernikahan nantinya.

Tulisan Isnaniar Noorvitri dari Pijar Psikologi untuk Liputan6.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.