Sukses

Menakar Kandungan Gula di Segelas Cheese Tea

Teh keju (Cheese Tea) yang tengah digandrungi saat ini menyimpan kandungan gula yang tidak kecil

Liputan6.com, Jakarta Setelah Thai Tea, giliran Cheese Tea yang mencuri hati kaum millenial. Ragam minuman teh asal Thailand ini begitu digandrungi lantaran sensasi rasanya yang sangat berbeda dari racikan teh kebanyakan.

Saking lakunya dan banyak dicari, gerai Cheese Tea dengan mudah kita temukan di tempat umum selain mal, seperti stasiun. Bagi pengguna Commuterline yang biasa naik maupun turun di Stasiun Tanah Abang, pasti sering melihat gerai yang menjual 'teh keju' di dekat pintu masuk.

Buat Anda yang terlanjur jatuh hati sama minuman teh satu ini, sebaiknya jangan sering-sering meminumnya. Memang enak tapi tinggi kalori.

"Cheese Tea ini milk tea ditambah keju. Kejunya dibikin kayak whipped cream. Rasanya mix antara teh dan cream cheese," kata Moch Aldis Ruslialdi SKM CNWC di sela-sela Nutribound 2018 bersama Nutrifood di Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.

Menurut Head of Health Commite Nutrifood, kandungan gula pada milk tea saja sudah amat banyak, apalagi jika ditambah dengan teh yang sudah manis itu ditambah keju,"Gulanya dikategorikan consist of loaded sugar and fat from cheese cream."

 

Saksikan juga video menarik berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Batasan Gula per Hari

Aldis, mengingatkan bahwa batasan konsumsi gula per hari berdasarkan pedoman Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia tidak boleh lebih dari 50 gram. Sementara Thai Tea saja, besaran gulanya bisa sampai 31 gram untuk ukuran biasa (regular size).

"Kalau dia ditambahkan susu kental manis, gulanya dari susu kental manis tersebut," kata Aldis.

Itu baru minuman saja. Bayangkan jika Anda gemar jajan makanan manis. Setelah jajan Cheese Tea dilanjutkan dengan makan martabak atau mengambil camilan manis lainnya, bisa-bisa kebutuhan gula di tubuh Anda berlebih.

Perlu diingat, kelebihan gula yang tidak dibakar dengan berolahraga bisa meningkatkan risiko penyakit degeneratif. "Diabetes dan stroke berawal dari konsumsi gula berlebihan," katanya.

Dia pun menyarankan untuk lebih hati-hati dengan segala kemungkinan jika kita mengonsumsi makanan maupun minuman secara berlebihan. Sebaiknya dikurangi atau diimbangi dengan olahraga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.