Sukses

4 Risiko Kesehatan yang Rentan Dialami Polisi

Menjadi polisi ternyata memiliki risiko kesehatan tersendiri. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta Polisi tidak luput dari berbagai risiko kesehatan. Hal ini diduga berhubungan dengan kesibukan mereka menjaga ketenteraman, sehingga sering luput memperhatikan kondisi kesehatan pribadi masing-masing.

Research Professor of Epidemiology and Environmental Health, John M Violanti, PhD, dalam penelitiannya mengatakan bahwa anggota kepolisian di Buffalo, Amerika Serikat, berrisiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan tertentu.

“Beban kerja dan tugas malam yang dilakukan anggota kepolisian berkontribusi pada peningkatan risiko kesehatan seperti penyakit metabolik, yaitu penumpukan lemak perut, hipertensi, resistensi insulin dan diabetes tipe 2, serta stroke,” jelas Violanti.

1. Penumpukan lemak perut

Menurut dr Nadia Octavia dari KlikDokter, penumpukan lemak di perut tak melulu terjadi akibat konsumsi makanan tinggi kalori. Keadaan ini juga dapat disebabkan oleh kurang tidur, stres, dan pengaruh lingkungan.

Seperti diketahui, polisi merupakan sekumpulan orang yang selalu berjaga siang dan malam demi terwujudnya keamanan lingkungan. Hal ini bisa membuat mereka rentan kekurangan waktu tidur atau kesulitan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, yang pada akhirnya berkontribusi pada terjadinya stres.

Parahnya lagi, para anggota polisi mungkin juga kesulitan untuk membagi waktu kapan harus berolahraga dan menunaikan tugasnya. Pada akhirnya. penumpukan lemak di perut kerap tak bisa dihindari.

Penumpukan lemak di perut itu sendiri merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai penyakit berbahaya, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke.

2. Hipertensi

Seperti telah diungkit sebelumnya, tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit yang terwujud dari adanya penumpukan lemak di perut. Berdasarkan penjelasan dr Anita Amalia Sari dari KlikDokter, risiko terjadinya masalah kesehatan ini bisa menjadi lebih tinggi bila seseorang juga memiliki kebiasaan merokok, kurang olahraga, dan sering stres.

Lebih lanjut, dr Anita menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mengalami hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

3. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah penyakit metabolik yang terjadi akibat sel beta di pankreas tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau sel-sel tubuh tidak menunjukkan respons terhadap insulin yang diproduksi. Keadaan ini menyebabkan kadar gula darah di dalam tubuh cenderung tinggi.

Pada penderitanya, diabetes tipe 2 dapat menyebabkan gejala yang bervariasi. Umumnya berupa sering merasa haus, sering buang air kecil, penurunan berat badan tanpa sebab, rasa lapar yang ekstrem, badan lemas, pandangan kabur, dan luka yang tak kunjung sembuh.

4. Stroke

Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Orang yang mengalami penyakit ini berisiko tinggi untuk kehilangan nyawa. Kalaupun dapat bertahan, penderita sangat mungkin untuk mengalami kecacatan.

Spesialis jantung dan pembuluh darah, dr Vito A Damay, menjelaskan bahwa stroke dapat terjadi akibat perdarahan atau penyumbatan pada pembuluh darah. Faktor risiko dari penyakit ini meliputi kolesterol tinggi, adanya plak di pembuluh darah (aterosklerosis), kelebihan kadar lemak di dalam tubuh (obesitas), penyakit hipertensi yang tidak terkendali, dan penyakit jantung bawaan.

Lebih jauh, dr Vito menjelaskan bahwa seseorang yang terkena stroke juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung maupun serangan jantung. Ini karena stroke dan penyakit jantung memiliki faktor risiko serupa.

Mengetahui fakta medis ini, para anggota polisi dan masyarakat pada umumnya diminta untuk lebih waspada dan berhati-hati. Selalu perhatikan kondisi kesehatan dengan saksama, dan selalu terapkan gaya hidup sehat setiap saat. Jangan biarkan penyakit-penyakit di atas menurunkan kualitas hidup atau merenggut masa depan Anda. 

 

Penulis: Nur Budhi. Sumber: Klikdokter.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.