Sukses

1 dari 5 Remaja Terpapar Konten Seksual di Internet

Lalu, ada 1 dari 9 remaja yang pernah mendapat permintaan untuk melakukan hal-hal berbau aktivitas seksual.

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran internet bisa membuat anak dan remaja belajar dan bermain. Di sisi lain, kehadiran gawai yang sudah terhubung dengan internet membuat mereka rentan terpapar konten seksual atau menjadi korban pelecehan seksual di dunia maya.

Paling tidak ada satu dari lima remaja yang pernah melihat konten seksual saat sedang berselancar di internet seperti mengutip data yang dipublikasikan dalam Journal of Adolescent Health baru-baru ini. Misalnya dalam bentuk pop-up foto, email spam, atau mengarahkan ke tautan tertentu.

Selain itu, ada satu dari sembilan remaja yang pernah menerima permintaan tak diinginkan terkait hal-hal berbau seksualitas dari remaja seumurannya atau orang dewasa.

"Saya sering menemukan kasus remaja yang berkenalan dengan orang asing secara online, kemudian mereka merencanakan bertemu secara langsung," kata penulis studi yang juga psikolog anak dan remaja, Sheri Madigan.

 

Tak berhenti di situ. Perkenalan dengan orang asing di internet juga bisa membuat remaja dalam bahaya. Misalnya, dalam kasus yang sering ditemukan Madigan, ada remaja yang berbagi foto telanjang secara online dan diminta untuk mengirim lebih banyak foto telanjang seperti mengutip laman Time, Rabu (13/6/2018).

"Meski internet bisa menjadi sumber pengetahuan yang luar biasa dan hiburan yang menyenangkan bagi anak-anak, tapi tetap punya risiko," kata Madigan.

Data mengenai paparan konten seksualitas lewat 31 studi tentang paparan online yang tidak diinginkan. Lalu, menganalisis 9 studi tentang permintaan orang asing kepada remaja untuk melakukan hal-hal berbau seksualitas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peran orangtua

Mengingat risiko bahaya dari penggunaan internet, Madigan mengingatkan agar para orangtua memastikan anak berselancar di dunia maya secara aman. Salah satunya mengajarkan anak untuk berinternet sehat.

"Sayangnya, hanya ada 40 persen orangtua yang rutin membicarakan cara aman berinternet. Selain itu, pengawasan orantua terhadap penggunaan anak juga rendah," kata Madigan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini