Sukses

Makna Jabat Tangan Donald Trump Saat Bertemu Kim Jong-un

Ahli bahasa tubuh mengungkapkan makna jabat tangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

Liputan6.com, Singapura Ahli bahasa tubuh Patti Wood mengungkapkan makna jabat tangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

Pertemuan pada Selasa, 12 Juni 2018 di Resor Capella, Pulau Sentosa, Singapura termasuk perdana bagi kedua pemimpin negara tersebut. Jabat tangan dilakukan saat Trump dan Kim Jong-un melangkah ke karpet merah sisi panggung untuk saling menyapa.

Ada makna mendalam saat keduanya muncul di panggung lalu jabat tangan erat dan ketat. Sikap tersebut menunjukkan kekuatan dan kesetaraan kekuasaan.

"Mereka berdua keluar dari sisi panggung pada waktu yang hampir bersamaan, lalu berjalan ke arah yang sama dengan kecepatan yang sama. Ini menunjukkan kesetaraan kekuasaan," papar Wood, dikutip dari Mail Online, Rabu (13/6/2018).

Saat berjabat tangan, Donald Trump memperlihatkan gaya khasnya. Ia menyiapkan lengannya terlebih dahulu untuk memulai jabat tangan.

"Dia memperpanjang lengan dan merentangkannya untuk membuat dirinya tampak lebih 'besar' daripada Kim," lanjut Wood.

"Biasanya orang yang kurang kuat yang memulai jabat tangan, tapi saya merasa dia memperpanjang lengan sebagai gerakan untuk mendominasi."

Ketika berjabat tangan dengan Kim, tangan kiri Trump memegang lengan atas Kim. Wood menyebutnya 'power handshake' (kekuatan jabat tangan) pada lengan atas.

"Dalam debat presidensial, orang yang menyentuh lengan atas dengan tangan kiri saat dia berjabat tangan biasanya dinilai sebagai pemenang. Otak kita akan mengatakan, Donald Trump sudah menang (lebih berkuasa)," Wood menjelaskan.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Beda budaya

Wood menambahkan, ada budaya yang berbeda saat berjabat tangan.

"Orang-orang di AS akan mengatakan, Trump menang. Namun, orang-orang dari negara dan budaya lain akan mengatakan, dia tidak hormat dan kurang memahami budaya negara lain. Bisa dibilang itu menunjukkan kurangnya rasa hormat," tambah Wood.

Dalam pertemuan awal, Kim nyaris tidak menanggapi sentuhan Trump. Ia malah tetap diam dan tampak kuat. Menahan diri adalah tanda kekuatan pada budaya Asia. Para diplomat diajarkan untuk tidak menyentuh lengan dengan cara seperti yang Trump lakukan di negara-negara Asia.

"Setiap kali saya menyaksikan bahasa tubuh, saya tahu bagaimana budaya lain akan melihatnya. Jabat tangan itu sendiri erat dan ketat. Selama jabat tangan, masing-masing tangan Trump dan Kim hanya bergerak sedikit ke atas dan ke bawah," beber Wood.

Hal itu menunjukkan, keduanya dalam persaingan. Wood mengatakan, Trump biasanya suka memulai untuk berjabat tangan, tapi seharusnya ia tidak bisa melakukan itu dalam kasus ini, yang mana Kim dari Asia.

Antara Trum dan Kim pun tidak jelas siapa yang melepaskan tangan terlebih dahulu, yang artinya kedua pemimpin itu setara. Trump biasanya bertahan lama sampai orang yang bersangkutan melepaskannya.

Orang pertama yang melepaskan tangan dianggap kehilangan persaingan terhadap kekuasaan.

3 dari 3 halaman

Trump pegang kendali

Trump juga berbicara dengan Kim secara langsung selama pertemuan awal, meskipun keduanya menggunakan penerjemah untuk saling berkomunikasi.

"Saya pikir itu membuat dia (Trump) merasa memegang kendali dan dia berbicara agar membuat Kim juga bicara. Sayangnya, orang yang paling berkuasa biasanya bukan pembicara duluan, melainkan orang kedua yang dihadapi. Ini karena orang tersebut akan memerhatikan dan menganalisis gerak-gerik siapa yang dia hadapi," Wood melanjutkan.

Trump dan Kim berjabat tangan dengan hangat, sempat bernincang sedikit di depan kamera. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.