Sukses

WHO Larang Lemak Trans dalam Produk Pangan di Dunia, Kenapa?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melarang penggunaan lemak trans dalam setiap produk pangan yang ada di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Pertama kalinya para pejabat kesehatan dunia melarang bahan ini dari produk-produk makanan yang ada. Bahan yang dianggap berbahaya itu adalah lemak trans.

Organisasi kesehatan dunia, WHO bekerja sama dengan Bloomberg Philanthropies dan yayasan kesehatan nirlaba di bawah Gates Foundation, Relove to Save Lives, meluncurkan kampanye melawan bahan ini.

Mengutip Vox, Selasa (22/5/2018), mereka meluncurkan Replace, sebuah panduan untuk menghilangkan lemak trans dari produk pangan dunia pada 2023.

Jika berhasil, mereka menyatakan hal tersebut bisa menyelamatkan lebih dari 10 juta jiwa penduduk dunia dengan mengurangi penyakit kardiovaskular.

"Lemak trans adalah racun kimia yang tidak diperlukan dan bisa membunuh," ujar Dr Tom Frieden, presiden dan CEO Resolve to Save Lives dan mantan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika serikat.

"Tidak ada alasan orang di seluruh dunia harus terus-terusan terekspos," kata dia.

Frieden menambahkan, ini merupakan pertama kalinya WHO menyerukan penghapusan faktor risiko untuk penyakit kronis secara global.

"WHO berhasil memimpin penghapusan penyakit menular lain seperti cacar dan kebutaan sungai, tetapi tidak pernah sebelumnya memiliki tujuan untuk menghilangkan penyakit tidak menular," ujar Frieden.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terkait Penyakit Jantung

Penyakit kronis seperti jantung dan diabetes, dengan cepat melampaui penyakit menular sebagai pembunuh terbesar di banyak negara.

"Pernyataan WHO adalah pengakuan penting bahwa dengan menghilangkan lemak trans, secara substansial bisa mengurangi risiko kematian dan penderitaan dengan lebih sedikit, atau tanpa biaya," kata profesor Harvard School of Public Health, Walter Willett yang mempelajari efek lemak trans.

Namun, WHO tidak punya kekuatan dalam penegakan hukum, sehingga tidak bisa melarang banyak negara untuk tidak menggunakan lemak trans.

Beberapa penelitian sendiri menyatakan, lemak trans memiliki kaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan serangan jantung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.