Sukses

Hipnoterapi: Janin Simpan Memori

Meski anak Anda masih di kandungan, hati-hatilah bicara dan mengelola emosi karena dia menyimpan semua yang dirasakan dan dipikirkan orang tuanya

 

Liputan6.com, Jakarta Tahukah Anda bahwa janin di dalam kandungan telah memiliki memori? Menurut teori pikiran, sejak hari pertama janin berada di perut ibu, dia mampu menyimpan memori. Hingga usia janin 6 bulan, apa pun yang dirasakan sang ibu pun dirasakan dan disimpan secara baik oleh memori janin.

Apa artinya? Bila selama kehamilan orangtua mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan (misalnya anak ini akan diberikan kepada orang lain), orangtua bertengkar, atau sang ibu mengalami perasaan-perasaan negatif atas suatu sebab, maka janin dapat turut merasakan. Rekaman memori dan emosi itu terus tersimpan sepanjang hidup.

Pernah menjumpai seorang anak yang tanpa alasan jelas sangat membenci ibunya? Atau seorang anak yang begitu besar amarahnya terhadap sang ayah, walau tidak merasa pernah memiliki masalah besar dengannya? Atau anak mengalami alergi yang tak kunjung sembuh dengan aneka macam pengobatan? Dan lain sebagainya. Besar kemungkinan sumber masalahnya muncul ketika yang bersangkutan masih di dalam perut ibu.

Anak-anak adopsi yang hidup berlimpah kasih dan perhatian sekalipun dari orangtua angkatnya, seringkali memiliki masalah-masalah emosional yang tidak jelas sumbernya. “Bisa tiba-tiba marahnya meledak hanya gara-gara masalah kecil yang tidak penting,” ujar seorang ayah tentang anak tunggalnya yang diadopsi sejak berusia sebulan. “Dia selalu mencari saya, tapi sekaligus sangat membenci saya,” ungkap seorang ibu tentang anak gadisnya yang diadopsi sejak masih di dalam kandungan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Merasa Dibuang

Walaupun janin di dalam kandungan dipertahankan, namun menyerahkannya kepada orang lain meninggalkan luka pada si anak. Perasaan-perasaan yang biasanya ada antara lain: marah, sedih, kecewa, merasa dibuang, merasa tidak dicintai, merasa tidak berharga, merasa tidak berarti, dan lain sebagainya. Ledakan amarah, sikap bermusuhan, alergi, keinginan bunuh diri, dan lain-lain itu hanyalah gejala atau simptom adanya emosi atau memori negatif di bawah sadar anak.

Seperti yang terjadi pada Boy, sebutlah begitu, yang sangat berlimpah kasih sayang tetapi bisa tiba-tiba sangat agresif terhadap orangtuanya. Sikapnya juga bermusuhan terhadap para guru, sehingga mengurangi rasa simpati di sekolah walaupun pintar secara akademik.

Ketika dilakukan hipnoterapi ditemukan di bawah sadarnya tersimpan perasaan marah yang sangat besar karena merasa dibuang. Walaupun kemarahan itu ditujuan kepada orangtua kandung, namun yang menjadi sasaran adalah para figur-figur otoritas yang merepresentasikan mereka; bisa ayah, ibu, maupun para guru di sekolah. Karena merekalah “orangtua” yang dikenal oleh si anak.

“Sejak lahir kami rawat dia, karena orangtuanya sangat miskin. Kami sudah mulai membiayai nutrisinya dan lain-lain sejak masih di kandungan. Kami sangat menyayangi dia. Maka kami heran dia tiba-tiba meledak marah dan agresif tanpa alasan yang jelas,” ujar ibu angkat Boy.

Tujuan baik orangtua kandung menyerahkan anak kepada orangtua baru, antara lain supaya anak mendapat perawatan dan kasih sayang yang lebih besar, bisa hidup lebih baik di keluarga yang jauh lebih kaya dan terpelajar, namun tidak demikian yang dirasakan oleh anak.

Kabar baiknya adalah, emosi-emosi negatif di pikiran bawah sadar itu dapat ditemukan dan diselesaikan, sehingga anak dapat menjalani hidupnya dengan nyaman dan damai.

3 dari 3 halaman

Pelajaran yang dapat diambil

• Pahami bahwa janin di dalam kandungan telah merekam kata-kata, perasaan dan perbuatan ayah dan ibunya.

• Bila Anda adalah orangtua yang mengadopsi anak, sejak lahir ataupun setelah anak itu lebih besar, bantulah anak dengan cara membawanya kepada profesional yang dapat membimbingnya menemukan dan mengatasi tabungan emosi negatif karena dipisahkan dari orangtua kandungnya.

• Tidak perlu menunggu muncul masalah, lebih baik anak yang Anda adopsi segera dibawa ke terapis profesional setelah Anda membawanya pulang. Hipnoterapis klinis akan membantu membuang sampah emosinya hingga anak siap hidup bahagia bersama orangtua barunya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.