Sukses

Dari Sisi Mental, Ini Kerugian Menikah Terlalu Muda

Emosi yang belum matang saat menjalani bahtera rumah tangga membuat anak rentan stres bila menikah terlalu muda.

Liputan6.com, Jakarta Menikah terlalu muda memiliki dampak buruk bagi kesehatan mental seorang anak. Emosi yang belum matang saat menjalani bahtera rumah tangga membuatnya rentan stres.

Menurut Psikolog, Ine Indriani, M.Psi, para remaja yang memutuskan menikah terlalu muda sesungguhnya belum matang untuk memikirkan kehidupan setelah pernikahan.

“Remaja yang memilih menikah dini tidak berpikir soal pendidikan yang lebih tinggi atau tidak ingin berkarier. Hal ini terjadi karena mereka belum memiliki pandangan yang luas,” ujar Ine Indriani, saat dihubungi redakasi Vemale.com.

Ine mengatakan, anak remaja masih dalam tahap labil dalam hal emosi. Inilah yang membuat menikah di usia muda rentan terhadap stres.

“Menikah bukan hanya jadi seorang istri. Melainkan akan menjadi orangtua untuk anak-anak. Nah, jika emosi belum stabil ditakutkan akan mudah stres. Belum bisa berpikir panjang untuk mengambil keputusan,” papar Ine.

Di masa remaja, tahapan anak ialah mengeksplorasi berbagai kesenangan bersama teman-teman. Tapi jika melewatkan masa tersebut, remaja ini justru tidak fokus dan tidak stabil yang akan berujung pada stres.

“Jadi remaja ini tidak matang dalam memutuskan permasalahan dalam keluarga,” tambahnya.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengedukasi pernikahan pada anak

Lalu kapan waktu yang tepat memberikan pendidikan pernikahan? Ine menjelaskan, sebaiknya mengedukasi tentang pernikahan saat anak mulai beranjak dewasa.

Namun jelaskan secara bertahap seperti pernikahan tidak mudah, tujuan menikah, persiapain diri ketika mau menikah, hingga kesehatan reproduksi bagi perempuan.

“Edukasi perlu ditingkatkan agar pernikahan dini tidak terjadi. Ceritakan jika menikah harus memiliki keuangan yang baik. Harus makan sehat agar reproduksi sehat, ajak berpikir ketika menikah kedepannya akan seperti apa, pentingnya menabung ketika ingin menikah. Jadi orangtua harus membekali edukasi tersebut, agar anak lebih bertanggung jawab,” ungkapnya.

Namun, Ine menyarankan ketika mengedukasi anak jangan menakuti tapi mengedukasi pernikahan sehat seperti apa.

 

3 dari 3 halaman

Kenyamaan dalam keluarga

Hubungan antar keluarga seperi orangtua ke anak haruslah harmonis. Orangtua haruslah memberi kenyamaan agar ia tidak buru-buru mencari kenyamanan kepada orang lain dan memutuskan untuk cepat menikah.

Kenyaman ini diberikan agar tidak terjadi kasus seperti remaja, asal Bantaeng, Sulawesi Selatan, sang calon perempuan yang masih berusia 14 tahun mengalami kisah sedih terkait orangtuanya. Hingga memutuskan untuk menikah.

"Dari informasi tantenya. Anak ini takut tidur sendiri, karena ibunya meninggal setahun lalu dan ayahnya yang kerap keluar daerah karena urusan kerjaan," papar seperti yang dilansir dari Merdeka.com.

 

Penulis: Anisha Saktian Putri

Sumber: vemale.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.