Sukses

Kasus Resistensi Antibiotik Melonjak di Seluruh Dunia, Apa Sebabnya?

Dari penelitian terbaru, dalam kurun waktu 15 tahun (2000-2015), resistensi antibiotik melonjak di seluruh negara di dunia.

Liputan6.com, Amerika Serikat Dalam beberapa tahun terakhir, resistensi antibiotik melonjak di seluruh dunia. Lonjakan resistensi antibiotik terjadi seiring penggunaan antibiotik yang juga meroket antara tahun 2000 dan 2015. Kondisi terjadi di sebagian besar negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Sebuah tim peneliti internasional menemukan, tingkat konsumsi antibiotik melonjak 39 persen selama periode 15 tahun (2000-2015). Di negara-negara di dunia, penggunaan antibiotik meningkat dari 11,3 dosis harian menjadi 15,7 dosis harian per 1.000 orang. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS).

"Ini kabar baik, juga kabar buruk," kata kepala koresponden medis CBS News, Jon LaPook. "Antibiotik diperlukan untuk mengobati banyak infeksi di negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah."

Namun, di negara-negara yang lebih maju, seperti Amerika Serikat, penggunaan antibiotik yang berlebihan menimbulkan risiko mematikan. Penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan juga menyebabkan resistensi antibiotik. Bakteri pun bermutasi.

Yang terjadi selanjutnya adalah infeksi serius yang berkembang di AS, misalnya pneumonia (infeksi paru), tuberkulosis, dan keracunan darah menjadi lebih sulit diobati. Terkadang tidak mungkin diobati karena antibiotik kurang efektif, dilansir dari CBS News, Selasa (23/3/2018).

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Konsumsi antibiotik naik

Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tingkat konsumsi antibiotik per 1.000 penduduk per hari meningkat 77 persen antara tahun 2000 dan 2015.

Yang lebih mengkhawatirkan, penggunaan kelompok antibiotik baru berupa linezolid, carbapenems, dan colistin meningkat di hampir semua negara.

Meskipun penggunaan antibiotik melonjak, penelitian juga menunjukkan, mengurangi konsumsi antibiotik jadi cara alternatif. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, tingkat konsumsi antibiotik sebenarnya sedikit menurun sejak tahun 2000.

 

3 dari 3 halaman

Atur pemberian antibiotik

Para ahli mengatakan, ada berbagai pihak yang memegang peran untuk mencegah resistensi antibiotik. Hal ini dari pengaturan soal pemberian antibiotik.

Pekerja di bagian perawatan kesehatan seharusnya hanya meresepkan antibiotik saat diperlukan secara medis. Pekerja di bidang pertanian sebaiknya, tidak menggunakan antibiotik pada hewan yang sehat untuk meningkatkan pertumbuhan atau mencegah penyakit.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan panduan penggunaan antibiotik.

1. Hanya gunakan antibiotik bila diresepkan oleh profesional kesehatan yang bersertifikat.

2. Jangan pernah meminta antibiotik bila perawat atau dokter bilang, 'Anda tidak membutuhkannya.'

3. Jangan konsumsi antibiotik sekali pakai atau sisa.

4. Pilih makanan yang higienis dan diproduksi tanpa menggunakan antibiotik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.