Sukses

Sebuah Balon Mampu Mendeteksi Kanker Paru Lebih Dini?

Seorang profesor onkologi medis berhasil mengembangkan pendekatan nontraumatik yang mudah dan murah untuk mendeteksi kanker paru.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki screening kanker paru, mencoba mengidentifikasi gejala penyakit yang menyebabkan pernapasan menjadi balon.

Kanker paru saat ini membunuh 160.000 orang Amerika setiap tahunnya, seperti dilansir dari Inquisitr, Rabu (10/1/2018). 

Periset di University of Colorado Cancer Center mempresentasikan temuan mereka di pertemuan tahunan ke-50 American Society for Clinical Oncology (ASCO). Mereka melaporkan tingkat diferensiasi 85 persen pasien yang didiagnosis dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) dan 79 persen pada pasien dengan kanker paru stadium lanjut versus kanker paru tahap awal.

Fred R Hirsch, dari University of Colorado Cancer Center dan profesor onkologi medis di University of Colorado School of Medicine, mengomentari penemuan baru dan nilai potensinya kepada kedua dokter dan pasien:

"Ini benar-benar bisa merevolusi screening dan diagnosis kanker paru-paru. Perspektif di sini adalah pengembangan pendekatan nontraumatik, mudah, murah untuk deteksi dini dan diferensiasi kanker paru-paru," ujarnya.

 

Simak juga video menarik berikut:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cara gunakan balon untuk ketahui kanker paru

Hirsch mengatakan soal tantangan yang dihadapi dalam mendiagnosis kanker paru-paru:

"Metabolisme pasien kanker paru-paru berbeda dengan metabolisme orang sehat. Anda mendeteksi banyak nodul pada screening dan sekitar 90 persen di antaranya jinak. Jadi Anda perlu mencari tahu bagaimana membedakan yang lebih baik dari modul jinak. Tujuan alat ini adalah dengan menggunakan biomarker napas untuk membedakan kanker ganas dari nodul yang terdeteksi jinak," beber Hirsch.

Konsep NaNose menggunakan balon untuk mengumpulkan sampel napas pasien, yang kemudian terpapar sensor nanopartikel emas. Terlampir pada perangkat USB, sampel yang diberikan kemudian dapat digunakan dengan cepat untuk menyaring kanker paru-paru.

Dalam keterangan pers, Hirsch membayangkan sebuah masa depan di mana pasien dapat menemukan tes yang mudah diakses di supermarket dan tempat-tempat serupa, menambahkan:

"Jika ini berhasil, Anda bisa membayangkan berdiri di toko bahan makanan dan membuat orang berisiko tinggi meniup balon atau perangkat USB, dan profil senyawa organik dalam napas mereka akan memberi tahu Anda apakah mereka berisiko mengembangkan atau memiliki kanker paru, yang kemudian langsung bisa memeriksakan tes lebih lanjut."

Selain screening kanker paru, teknologi ini menghadirkan peluang lain untuk diagnosis dan pengobatan. Periset mengatakan bahwa ketika dikembangkan sepenuhnya (penelitian selama bertahun-tahun masih diperlukan), dokter mungkin juga dapat menggunakan tes tersebut untuk menentukan respons pasien terhadap pengobatan dan perawatan tertentu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.