Sukses

Stephen Hawking Bertahan dari Penyakit Saraf Selama 50 Tahun

Tepat 8 Januari 2018 kemarin, Stephen Hawking berusia 76 tahun dan mampu bertahan hidup dengan penyakit saraf yang diidapnya.

Liputan6.com, Amerika Serikat Fisikawan dunia dari Inggris, Stephen Hawking berumur 76 tahun pada Senin, 8 Januari 2018. Usia tersebut sudah melampaui diagnosis dokter. 

Saat diketahui positif menderita penyakit neurologis amyotrophic lateral sclerosis (ALS) pada usia 21, dokter memprediksi bahwa Hawking hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun. 

Namun, takdir berkata lain. Hawking justru masih hidup sampai sekarang, meskipun harus berjuang dengan penyakit tersebut selama 50 tahun.

Penyakit saraf yang menimpa Stephen Hawking pada 1963, menyebabkan degenerasi progresif (sel dan jaringan mengalami penurunan fungsi) dan kematian sel saraf, yang mengendalikan gerakan otot, seperti mengunyah, berjalan, berbicara, dan bernapas, menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS).

Lantas bagaimana Stephen Hawking bisa bertahan hidup begitu lama dengan penyakit sarafnya selama lebih dari 50 tahun?

Melansir Live Science, Selasa (9/1/2018), sebenarnya, tidak ada yang tahu pasti, mengapa Hawking bisa bertahan hidup dengan ALS, yang juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig.

Namun, peneliti mengamati, perkembangan penyakit saraf ALS itu bervariasi, tergantung dari individu yang bersangkutan. Meskipun rata-rata harapan hidup sekitar 3 tahun (maksimal), sekitar 20 persen orang ternyata bisa hidup sampai 5 tahun.

Sebanyak 10 persen, orang yang mengidap penyakit saraf ini hidup 10 tahun lamanya setelah mereka didiagnosis, sedangkan 5 persen bisa bertahan hidup sampai 20 tahun atau lebih, menurut Asosiasi ALS.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Faktor genetika

Salah satu faktor yang mungkin berperan dalam kelangsungan hidup pasien adalah genetika. Peneliti mengidentifikasi lebih dari 20 gen pengidap ALS, kata Dr Anthony Geraci, direktur Neuromuscular Center di Northwell Health's Neuroscience Institute di Manhasset, New York, Amerika Serikat.

"Beberapa perbedaan genetik ini tampaknya memengaruhi berbagai aspek penyakit, termasuk kelangsungan hidup. Misalnya, gen yang disebut SOD1 ini terkait dengan jenis ALS, yang turun temurun. Gen tersebut membuat penyakit ALS berkembang lebih cepat," jelas Geraci.

Studi juga menemukan, diagnosis dengan ALS di usia yang lebih muda memengaruhi kelangsungan hidup pengidap. Mereka mampu bertahan lebih lama.

Ini juga terjadi pada Hawking, yang relatif muda saat didiagnosis dengan ALS. Penyakit ini paling sering didiagnosis pada orang berusia 55-75 tahun, dari data NINDS.

3 dari 3 halaman

Obat untuk penyakit saraf ALS

Food and Drug Administration telah menyetujui dua obat untuk mengobati ALS. Riluzole (rilutek) dan edaravone (radicava). Kedua obat ini dapat membuat pengidap bertahan hidup sekitar 6 bulan. Tapi obat-obatan tersebut ternyata bisa membuat Hawking bertahan hidup.

Gejala awal ALS berupa kelemahan otot atau ucapan yang tidak jelas. Pada akhirnya, menurut Mayo Clinic, penyakit ini menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk bergerak, berbicara, makan atau bernapas sendiri.

Pengidap ALS biasanya meninggal karena tidak bisa bernapas. Ini terjadi saat sel saraf yang mengendalikan otot pernapasan berhenti bekerja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.