Sukses

Masak Nasi Goreng dengan Cara Ini Bisa Kontrol Diabetes

tidak semua produk olahan nasi bisa berdampak buruk pada diabetes

Liputan6.com, Jakarta Selama ini, banyak orang menghindari konsumsi nasi goreng karena takut terkena diabetes. Padahal, tidak semua produk olahan nasi bisa berdampak buruk pada diabetes. Salah satunya adalah nasi goreng yang dibuat dengan metode dan bahan yang tepat.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh pemenang Nutrifood Research Center Grant 2016 berhasil mendapatkan rahasia nasi goreng yang sehat bagi diabetesi. Penelitian ini dilakukan oleh ketiga peneliti asal Institut Pertanian Bogor (IPB).

Mereka adalah Indra Purnomo, I Dewa Gede Agung dan Fiona. Ketiganya melakukan penelitian dengan judul Pembentukan Pati Resisten Pada Nasi Goreng Akibat Variasi Jenis Beras dan Kadar Berbagai Minyak Nabati.

Hasilnya, ditemukan bahwa memasak nasi goreng dengan beras pera serta menggunakan minyak jagung terbukti mampu meningkatkan pati resisten hingga 50 persen sehingga aman bagi pengidap diabetes.

 

Simak video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Nasi goreng bisa lebih sehat

Dewa mengatakan, dirinya menguji nasi goreng yang selama ini dinilai sebagai karbohidrat yang mampu menaikkan kadar gula darah dengan mudah.

"Kita meneliti nasi goreng karena kita ingin meneliti apakah makanan lokal kita juga punya pati resisten," kata Dewa saat ditemui di acara Nutrifood di kawasan Jakarta Pusat.

Dewa mengatakan, sebuah penelitian terbaru mengatakan bahwa jika pati seperti nasi kalo bergabung dengan minyak bisa menjadi pati resisten, yaitu pati resisten tipe 5.

"Nasi goreng juga yang image-nya kurang baik di masyarakat, tapi ternyata ada potensi keberadaan pati resisten di dalamnya. Jadi kami pengen liat seberapa besar kadarnya dan melihat berbagai faktor yg berbeda dalam pembuatan nasgor," kata Dewa.

Dewa mengatakan, pada umumnya nasi goreng dibuat dengan dua jenis nasi, yaitu nasi pulen dan nasi pera. Inilah yang menjadi titik penelitian yang mereka lakukan.

"Kan ada nasi goreng yang dibuat dengan beras pera dan pulen. Terus kita coba bandingkan kalau dibuat dengan minyak jagung, minyak kelapa dan minyak sawit. Itulah yang kita bandingkan," lanjut dia.

 

 

3 dari 4 halaman

Hasil penelitian

Dewa menjelaskan, hasil penelitian yang mereka dapatkan yaitu nasi goreng yang dibuat dengan beras pera dan minyak jagung memiliki kadar pati resisten paling tinggi.

"Kalau kadar pati resisten tinggi itu dari beras pera. Dengan kombinasi dimasak pakai minyak jagung paling tinggi pati resisten dan daya cernanya juga paling rendah," kata dia.

Menurut Dewa, jika memasak nasi goreng seperti ini, kita bisa mengonsumsi porsi nasi goreng dengan jumlah yang sama namun dengan karbohidrat yang dicerna lebih sedikit.

"Pati resisten itu pati yang sulit dicerna. Jadi kalau nasi dicerna itu akan jadi gula. Kalau gula terlalu tinggi orang akan lebih mudah kena diabetes. Tapi Kalau makan satu porsi 500 gram pati dan pati resisten setengahnya berarti yang dicerna hanya 250 gram," kata dia.

Hal ini memberi keuntungan untuk mencegah terjadinya lonjakan gula darah dalam tubuh.

"Jadi lonjakan gulanya enggak terlalu tinggi. Jadi kalau pati resistennya tinggi kita bisa makan dalam porsi sama tapi lonjakan gulanya enggak terlalu tinggi. Ini bagus karena kadang banyak orang susah menjalani diet," kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Segi rasa

Tim peneliti ini tidak hanya menguji daya cerna dan pati resisten, melainkan juga segi rasa atau sensory.

"Kalau dari sensory, kita enggak hanya uji rasa, tapi aroma dan penampilan. Hasilnya, nilai nya itu 5 sekian dari skala 7, masih disukai dan masih bisa diterima. Kami formulasiin nya juga dengan resep pada umumnya," kata Fiona.

Fiona menjelaskan, dalam membuat nasi goreng ini, mereka menggunakan kecap asin.

"Tapi kami enggak pake kecap manis, tapi dengan kecap asin. Ternyata masih bisa diterima dengan baik," kata dia.

Dewa mengatakan, hasil penelitian ini akan terus dikembangkan. Selain itu, hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

"Ini baru penelitian, bisa digunakan sebagai dasar bahwa pangan lokal yang kita makan berpotensi pati resisten dan nasi goreng enggak seburuk yang kita kira. Selain itu masyarakat bisa terapkan ke kehidupan sehari hari," kata Dewa.

Dia menjelaskan, untuk membuat nasi goreng tersebut, Anda hanya perlu menggunakan bobot minyak sebanyak 7,5 persen dari bobot nasi. Misalnya nasi yang digunakan sebanyak 500gram, berarti minyak yang dibutuhkan sebanyak 37,5 gram.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.