Sukses

Melewatkan Makan Malam Bantu Pembakaran Lemak

Studi menemukan, individu yang tidak makan pada malam hari membakar lebih banyak lemak.

Liputan6.com, Jakarta Selama ini ahli diet mengatakan untuk menurunkan berat badan, diet yang Anda lakukan tidaklah boleh melewatkan waktu makan. Yang perlu dilakukan adalah berusaha mengatur porsi makan.

Namun, studi baru menemukan, sesekali melewatkan makan malam bisa berefek positif untuk usaha penurunan berat badan. 

Studi tersebut menyimpulkan, mereka yang makan di siang hari dan puasa di malam hari mengalami proses pembakaran lemak yang lebih tinggi, melansir WebMD, Jumat (20/7/2018). Namun, meski pola diet ini membakar lebih banyak lemak di malam hari, tampaknya tidak meningkatkan pembakaran lemak secara keseluruhan. Itu karena, saat ini masih belum jelas bagaimana jadwal makan ini bisa memengaruhi penurunan berat badan secara umum.

"Pada titik ini, kami tidak yakin apakah pembakaran lemak total meningkat," kata penulis utama studi, Courtney Peterson, kepada Medical Daily dalam sebuah email baru-baru ini.

"Kita perlu melakukan penelitian yang lebih besar untuk mengetahui secara pasti apakah makan yang dibatasi waktu atau tidak meningkatkan pembakaran lemak."

Meski hasilnya tidak menunjukkan hubungan yang jelas antara puasa malam hari dan penurunan berat badan, mereka tetap penting bagi dunia nutrisi. Misalnya, Peterson mengatakan kepada Medical Daily, dia terkejut saat mengetahui merasa kelaparan, meskipun berpuasa setiap hari selama 18 jam.

"Jadi, kami membatalkan keyakinan bahwa berpuasa untuk jangka waktu yang lebih lama setiap hari (bila jumlah kalori total yang dimakan sama) secara intrinsik membuat seseorang lapar," tulis Peterson.

Adapun efek dari puasa telah dipelajari dan terbukti berhasil dalam model hewan pengerat, penelitian terhadap subjek manusia masih dalam tahap awal. Untuk alasan ini, Peterson menjelaskan bahwa terlalu dini untuk menyimpulkan, pemberian makanan yang dibatasi waktu akan memperbaiki penurunan berat badan pada manusia.

Namun, Peterson menjelaskan, mempraktikkan pola makan ini memang memiliki manfaat yang nyata, seperti mengurangi asupan makanan secara keseluruhan. Dia juga menyarankan, pola makan ini praktiknya dibatasi beberapa kali dalam seminggu saja, tidak setiap hari.

"Cara diet ini bisa digunakan untuk tujuan jangka pendek atau panjang," pungkas Peterson. "Sejauh yang kami tahu, aman untuk orang dewasa (bukan diet ketat). Tapi, ibu hamil dan anak-anak tidak boleh mencobanya."

Penulis: Michelle Tania

 

Saksikan juga video menarik berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.